Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Haqia Ramadhani
Gelar selamatan, warga saling lempar makanan. (Instagram/ fakta.indo)

Baru-baru ini media sosial digegerkan oleh video selamatan perang makanan di Ngawi. Video viral tersebut diunggah oleh akun Instagram fakta.indo, Sabtu (08/10/2022). 

"Gelar selamatan, warga saling lempar makanan. Lokasi: Sidolaju, Ngawi, Jawa Timur." keterangan unggahan video seperti dikutip oleh Yoursay.id, Sabtu (08/10/2022). 

Rekaman video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan warga di Sidolaju, Ngawi saling melemparkan makanan. Warga dari berbagai usia tampak antusias melakukan perang makanan. 

Makanan-makanan yang warga lemparkan terlihat sudah dikumpulkan jadi satu digelar di tikar sebelumnya. Selamatan dengan saling lempar makanan di Ngawi ini tampak dilakukan di ruang terbuka. 

Tidak semua warga ikut melakukan lempar makanan, tak sedikit pula warga yang melihat dari kejauhan. Acara selamatan dengan saling lempar makanan di Ngawi tersebut menuai komentar miring warganet. 

Banyak warganet yang menyayangkan acara selamatan dengan saling melempar makanan itu sebab dinilai membuang-buang makanan. 

"Astagfirullah, makanan dilempar-lempar. Cakep ntar gantian ente di lempar-lempar malaikat di akhirat," komentar seorang warganet. 

"Habis ini jangan pernah bilang indonesia krisis ya," ujar yang lain. 

"Kenapa pada buang buang makan. Kalau emang tradisi kan bisa diganti dengan cara di bagikan kan lebih brmanfaat," pendapat lainnya. 

Tradisi Nyadranan

Tradisi nyadranan. (Instagram/ fakta.indo)

Mengutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Ngawi, selamatan dengan saling lempar makanan berasal dari Dusun Tambak Selo Timur, Desa Pelang Lor, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi merupakan tradisi turun temurun yang disebut nyadranan. Tradisi nyadranan dilakukan usai ritual sakral di sumber air yang dijuluki dengan 'Sendang Tambak'. 

Gelaran tradisi nyadranan dilakukan setiap tahun tepatnya pada hari Jumat Legi. Menurut sesepuh desa, tradisi nyadranan sebagai ritual warisan dari nilai-nilai luhur dan upaya untuk menunjukkan bahwa manusia jadi satu dengan alam. 

Tujuan ritual ini menjadi bentuk penghargaan masyarakat kepada alam yang telah menghidupi mereka dan untuk rejeki yang melimpah. Keberadaan tradisi nyadranan tidak lepas dari sejarah berdirinya Dusun Tambak Selo Timur. 

Ki Ageng Tambak sebagai tokoh pemberontak Belanda kala itu dia dan pasukannya dikejar oleh Belanda hingga masuk hutan belantara. Ki Ageng Tambak bersumpah jika senapan Belanda tidak sanggup menembus lokasi persembunyiaannya. 

Dia dan pasukan bersembunyi di dekat mata air atau sendang yang ditandai olehnya dengan sebongkah batu hitam. Kelak nama tempat persembunyiannya jadi perkampungan ramai yang dinamakann Dusun Tambak Selo. 

Haqia Ramadhani