Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Wahyu Astungkara
Ilustrasi kajian (Dok.pribadi/Wahyu Astungkara)

Giwangan, Yogyakarta. Dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan reproduksi, komunitas kajian yang beranggotakan dari perempuan berbagai latar belakang menyelenggarakan sebuah kajian tentang dampak dan bahaya Infeksi Menular Seksual, Sifilis, di Pondok Ndeso di Giwangan, Jl. Imogiri Timur, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (27/8/23).

Acara dibuka oleh Ibu Ning yang menyampaikan bahwa kajian akan membahas fenomena maraknya sifilis di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Hadir sebagai narasumber Ustadzah Nurlaili, akademisi yang memiliki pengalaman penelitian isu kesehatan reproduksi mengungkapkan bahwa faktor perilaku menjadi catatan utama dalam penularan infeksi Menular Seksual. Nurlaili juga menjelaskan dengan jelas dan lugas mengenai sifilis, penyakit menular seksual yang memiliki dampak serius terhadap kesehatan seseorang.

Dalam paparannya, Ustadzah Nurlaili mengungkapkan bahwa sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, termasuk ibu-ibu yang tengah menjalani masa reproduksi. Kasus sifilis meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan korban yang terkena juga semakin variatif, dan cenderung masih di usia produktif.

Kasus yang semakin meningkat ini mencakup berbagai faktor. Pertama, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit ini dan cara penularannya. Kedua, stigma sosial yang masih melekat pada penyakit menular seksual, membuat banyak orang enggan mencari informasi atau pengobatan. Ketiga, perubahan perilaku seksual dan peningkatan hubungan seksual tanpa pengaman, juga ikut berperan dalam penyebaran penyakit ini.

Peserta dalam kajian ini adalah para ibu-ibu dari berbagai latar belakang dan usia. Mereka terlihat antusias dan serius mendengarkan paparan Ustadzah Nurlaili, serta mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan. Beberapa peserta mengungkapkan kekhawatiran akan dampak sifilis terhadap keluarga dan masa depan anak-anak mereka.

Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan dampak sifilis dapat meningkat. Melalui edukasi dan penyuluhan komprehensif, diharapkan masyarakat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka sendiri dan juga orang-orang di sekitar mereka. Pondok Ndeso berharap acara semacam ini dapat terus diadakan untuk memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat kepada masyarakat.

Wahyu Astungkara