Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | zahir zahir
Ilustrasi tinju.(Pexels)

Beberapa waktu lalu terjadi sebuah kontroversi dimana petinju asal Aljazair, Imane Khelif sukses memenangkan laga melawan Angela Carini, petinju asal Italia dalam cabang olahraga tinju amatir di Olimpiade Paris 2024. Sontak, hal ini menimbulkan kontroversi karena Imane Khelif sendiri diduga memiliki kelainan genetik sehingga menyebabkan dirinya memiliki kromosom XY yang membuat kadar hormon testosterone dalan dirinya lebih dominan.

Melansir dari laman berita Euro News pada Kamis (01/08/2024), Angela Carini takluk setelah memutuskan menyerah dari petinju asal Aljazair tersebut kurang dari 1 menit. Usai pertandingan, Carini mengaku sangat kecewa dengan keputusan panitia Olimpiade meloloskan lawannya untuk bertanding. Pasalnya, sebelumnya Imane Khelif sendiri diduga tak lolos dalam pemeriksaan awal atlet karena kelainan genetiknya.

Saya merasakan sakit yang sangat di hidung saya, dan dengan kedewasaan seorang petinju, saya berkata ‘cukup’, karena saya tidak mau, saya tidak mau, saya tidak bisa menyelesaikan pertandingan. Saya di sini bukan untuk menghakimi atau memberikan penilaian. Jika seorang atlet seperti ini, dan dalam artian itu tidak benar atau benar, itu bukan hak saya untuk memutuskan. Saya hanya melakukan tugas saya sebagai petinju. Saya masuk ke ring dan bertarung. Saya melakukannya dengan kekuatan saya. kepala tegak dan patah hati karena belum menyelesaikan kilometer terakhir,” ujar Angela Carini.

Imane Khelif Ternyata Pernah Dilarang Berkompetisi Karena Kelainan Genetiknya

Sebelum bertanding di Olimpiade Paris 2024, Imane Khelif ternyata juga sempat dilarang tampil dalam kejuaraan tinju amatir karena kelainan genetiknya. Melansir dari laman Euro News, Khelif memiliki kelainan genetik yang dikenal dengan sindrom Hyperandrogenism sejak lahir. Hal ini membuatnya secara genetik hampir mirip dengan pria.

Selain, Imane Khelif, salah satu atlet tinju amatir yang juga diketahui mengidap kelainan yang sama adalah Lin Yu-ting asal Taiwan. Kedua petinju ini diduga sebelumnya gagal melewati tes genetik yang dipersiapkan oleh panitia Olimpiade. Namun, keduanya secara mengejutkan tetap diperbolehkan bertanding di ajang Olimpiade kali ini.

Hal ini tentunya menimbulkan banyak pro-kontra dari berbagai pihak. Salah satunya adalah petinju wanita asal Australia, Catlin Parker. Menurutnya, hal ini sangat keliru dan mencederai sportivitas dalam olahraga. Selain itu, hal ini menurutnya juga cukup rawan menyebabkan risiko cedera yang lebih berbahaya kepada para atlet.

Secara biologis dan genetik, mereka akan memiliki lebih banyak keuntungan. Olahraga tarung bisa berbahaya. Yang terpenting adalah keadilan. Kita semua menginginkan keadilan dalam olahraga,” ujar Caitlin Parker.

Jadi, bagaimana menurutmu, apakah Imane Khelif tetap layak mengikuti Olimpiade kendati memiliki kelainan genetik atau justru harus didiskualifikasi sejak awal?

zahir zahir