- Alvi Maulana (24) membunuh dan memutilasi kekasihnya, TAS (25), menjadi ratusan bagian di kamar kos mereka di Surabaya.
- Motifnya adalah gabungan antara emosi sesaat dan tekanan ekonomi akibat gaya hidup korban yang dianggap tinggi.
- Kasus terungkap setelah potongan tubuh korban ditemukan di Mojokerto, dan pelaku yang merupakan mantan tukang jagal berhasil ditangkap.
Kasus mutilasi di Mojokerto beberapa waktu lalu sukses mengguncang masyarakat Indonesia. Peristiwa tragis ini melibatkan seorang perempuan muda berinisial TAS (25) tewas di tangan kekasihnya sendiri, Alvi Maulana (24).
TAS ditemukan dalam kondisi dimutilasi ke dalam ratusan potongan tubuh, sebagian dibuang ke Mojokerto, dan sebagian lagi disembunyikan di kamar kos Surabaya.
Kejadian yang sadis ini bukan hanya membuka luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar di kalangan publik: bagaimana mungkin seorang pacar tega melakukan tindakan sekejam itu?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut rangkuman lengkap dari berbagai sumber, mulai dari latar belakang hubungan keduanya, kronologi peristiwa, hingga fakta-fakta baru yang terus terungkap.
Hubungan Panjang yang Berujung Tragis
Hubungan antara Alvi dan TAS sudah berlangsung cukup lama, sekitar 4–5 tahun. Mereka tinggal bersama di sebuah kamar kos di kawasan Lidah Wetan, Surabaya, meskipun belum menikah secara resmi. Dari luar, hubungan ini terlihat normal, namun ternyata menyimpan banyak konflik.
Keduanya kerap terlibat pertengkaran, terutama karena masalah ekonomi. TAS disebut-sebut memiliki gaya hidup yang cukup tinggi, sementara Alvi hanya bekerja serabutan. Kesenjangan ini menimbulkan tekanan yang lama-lama meledak menjadi tragedi.
Latar Belakang Pelaku: Dari Tukang Jagal hingga Driver Ojol
Alvi pernah bekerja sebagai tukang jagal hewan. Pengalaman itu ternyata memberinya keahlian dalam menggunakan pisau dan memotong tubuh, sesuatu yang sangat berpengaruh ketika ia melakukan mutilasi. Selain itu, Alvi juga diketahui bekerja sebagai driver ojek online.
Pekerjaan ini tidak memberi penghasilan besar, dan kerap menimbulkan perselisihan karena tuntutan ekonomi dari pasangannya. Kondisi finansial inilah yang menjadi salah satu pemicu utama tindakannya.
Awal Mula Tragedi
Peristiwa mengenaskan itu terjadi pada 31 Agustus 2025 sekitar pukul 02.00 WIB. Malam itu Alvi baru pulang ke kos namun mendapati pintu tidak dibukakan oleh TAS. Pertengkaran kecil terjadi, hingga akhirnya emosi Alvi memuncak.
Dengan sebuah pisau dapur, ia menusukkan senjata itu ke leher TAS. Satu tusukan saja cukup untuk membuat korban kehabisan darah dan meninggal di tempat. Bukannya panik atau menyesal, Alvi justru melanjutkan aksi sadis berikutnya.
Proses Mutilasi Sadis
Setelah memastikan TAS tak bernyawa, Alvi menyeret tubuh korban ke kamar mandi. Ia kemudian mulai memutilasi tubuh korban dengan pisau daging, gunting, dan alat pengasah.
Hasil autopsi dan penyelidikan menemukan bahwa tubuh korban dipotong menjadi ratusan bagian kecil. Ada 239 pecahan tengkorak, 22 gigi, hingga belasan potongan tulang paha yang ditemukan. Potongan-potongan ini disimpan di berbagai tempat: laci lemari, kantong plastik, bahkan dikubur di depan kamar kos.
Hal yang lebih mengejutkan, kepala korban sempat disembunyikan di balik lemari. Polisi juga menemukan rambut korban sepanjang 14 cm masih melekat di bagian kepala tersebut.
Pembuangan Potongan Tubuh ke Mojokerto
Tak berhenti di kamar kos, Alvi juga membuang beberapa bagian tubuh korban ke kawasan Pacet, Mojokerto. 6 September 2025, seorang warga bernama Suliswanto menemukan potongan telapak kaki manusia di pinggir jalan. Temuan itu langsung dilaporkan ke polisi.
Dari penemuan awal itu, polisi mengerahkan tim Inafis dan anjing pelacak K9 untuk menyisir lokasi. Hasilnya, puluhan potongan tubuh lain berhasil ditemukan berserakan di beberapa titik. Jumlahnya diperkirakan mencapai 63–65 bagian dengan ukuran yang berbeda-beda.
Penangkapan Pelaku
Polisi yang curiga akhirnya melacak keberadaan Alvi di Surabaya. Pada 7 September 2025 dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, aparat berhasil menggerebek kamar kos tempat pelaku tinggal.
Alvi sempat berusaha melawan. Polisi terpaksa melumpuhkannya dengan tembakan di bagian kaki. Setelah ditangkap, ia mengakui semua perbuatannya tanpa banyak membantah.
Motif di Balik Aksi Brutal
Apa yang membuat Alvi tega melakukan perbuatan sekejam itu? Polisi mengungkap motifnya adalah gabungan antara emosi pribadi dan tekanan ekonomi.
Alvi disebut kerap merasa tertekan dengan gaya hidup pasangannya. TAS, menurut pengakuan pelaku, sering menuntut hal-hal yang tidak mampu ia penuhi, seperti meminta handphone baru. Konflik ini memperburuk kondisi psikis Alvi yang sebelumnya sudah labil.
Selain itu, pengalaman masa lalunya sebagai tukang jagal membuat ia tahu persis cara memutilasi tubuh manusia. Hal ini mempercepat proses mutilasi dan membuatnya terkesan terencana.
Dampak Sosial dan Psikologis
Kasus ini membuat masyarakat terhenyak. Banyak warga sekitar kos tak menyangka Alvi bisa melakukan perbuatan sadis semacam itu. Dari luar, ia dikenal pendiam dan biasa saja.
Namun, peristiwa ini menunjukkan bagaimana hubungan yang tidak sehat, ditambah tekanan ekonomi, bisa berubah menjadi bencana besar. Psikolog menilai, kasus ini bisa menjadi pelajaran tentang pentingnya komunikasi, kontrol emosi, dan mencari bantuan profesional ketika konflik dalam hubungan sudah tidak sehat.
Kesimpulan
Kasus mutilasi Mojokerto bukan sekadar kriminal biasa, tetapi tragedi yang menyisakan luka mendalam. Dari kisah hubungan asmara yang terlihat wajar, konflik ekonomi, hingga tindakan brutal yang tak terbayangkan, semuanya menyingkap sisi kelam manusia ketika kehilangan kendali.
Kini, publik menanti proses hukum yang tegas bagi Alvi Maulana. Harapannya, kasus ini bisa menjadi peringatan keras bahwa kekerasan dalam hubungan bukanlah solusi, dan bahwa masalah ekonomi maupun emosi harus dihadapi dengan cara yang sehat, bukan dengan kekejaman.
Baca Juga
-
Jennifer Coppen Klarifikasi Ucapan 'Miskin', Tegaskan Hanya untuk Haters
-
Dunia Terbelah: Media China Puji Stabilitas, Barat Cemas usai Prabowo Copot Sri Mulyani
-
Disorot 3 Jenderal TNI, Ferry Irwandi Bantah Tuduhan Pidana dan Siap Hadapi Hukum
-
Sidang Gugatan Ijazah SMA Gibran Rp125 Triliun Ditunda karena Polemik JPN
-
Yusril Pastikan 2 Anggota Brimob Pelindas Ojol Affan Kurniawan Tetap Dipidana
Artikel Terkait
-
Mengenal Apa Itu Femisida, Istilah yang Ramai Dibahas di Tengah Kasus Mutilasi Pacet
-
10 Fakta Sadis Bekas Tukang Jagal Mutilasi Pacar di Mojokerto, Korban Dicincang Jadi Ratusan Potong!
-
Mengungkap Motif di Balik Aksi Keji Mutilasi, Begini Kata Psikolog Forensik
-
Pilunya Kisah Orang Tua Tiara Korban Mutilasi Mojokerto, Jualan Sempol Demi Biayai Kuliah
-
Siasat Keji di Balik Mutilasi Pacet, Pilih Jurang Sepi untuk Lenyapkan Jejak 310 Potongan Tubuh
News
-
Dua 'Pangeran' Kemenkeu: Yudo Sadewa di Ambang Nasib seperti Mario Dandy?
-
Adu Kuat Calon Menpora: Dari Raffi Ahmad si 'Sultan' hingga Taufik Hidayat sang Legenda
-
Baru Jadi Anak Pejabat, Yudo Sadewa Hina Orang Miskin: Punya Mental Kepiting dan Suka Ngemis
-
Definisi Self Love Level Menteri: Budi Arie Posting Ucapan 'Terima Kasih' Buat Dirinya Sendiri
-
Propaganda Buzzer, Ancaman Doxxing dan Masa Depan Iklim Demokrasi Digital
Terkini
-
Ending Game of Thrones Masih Jadi Perdebatan, Begini Respons Pemain
-
FIFA Matchday Lawan Lebanon dan Minimnya Taktik yang Dimiliki oleh Patrick Kluivert
-
Kejutkan Penggemar, IU Tutup Musim Panas Lewat Single Terbaru 'Bye, Summer'
-
Bagaimana Perubahan Kecil di Aplikasi Pesan Makanan Bisa Selamatkan Bumi? Begini Kata Peneliti
-
Mengekspresikan Diri Lewat Nada: Musik sebagai Bahasa Gen Z