Hikmawan Firdaus | Agus Siswanto
Kepala BNPB, Suharyanto saat dialog dengan wali santri Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo (instagram.com/bpbd_jatim)
Agus Siswanto

Upaya pencarian korban ambruknya mussala Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo pada hari Jumat (3/10/2025) telah memasuki hari kelima. Menurut konperensi pers yang digelar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M, tim SAR telah mengevakuasi 9 korban dalam keadaan meninggal dunia.

Evakuasi terakhir terjadi pada hari Jumat (3/10/2025) saat tim SAR kembali menemukan 4 jenazah santri dari balik reruntuhan. Dengan penemuan ini total 9 orang dinyatakan sebagai korban meninggal dunia.

Masih menurut Suharyanto, secara keseluruhan terdapat 166 korban dalam musibah tersebut. Data ini didapatkan dari presensi yang dimilki pihak pondok pesantren.

Dalam data tersebut disampaikan bahwa 111 orang telah berhasil ditemukan. Di mana ke-111 orang tersebut terbagi dalam kondisi selamat dan meninggal dunia. Dari jumlah ini, BNPB memperkirakan 54 orang lagi yang masih belum jelas nasibnya.

BNPB Mulai Gunakan Alat Berat

Perkembangan lain yang disampaikan Suharyanto adalah berkaitan dengan penggunaan alat berat dalam upaya evakuasi.

Seperti disampaikan dalam berita sebelumnya, keberadaan sejumlah alat berat sebenarnya sudah ada sejak hari pertama.

Namun alat-alat tersebut baru digunakan pada hari kelima setelah pihak BNPB melakukan serangkaian asesmen.

Sempat muncul pertanyaan mengapa alat berat tidak digunakan sejak awal. Menanggapi hal ini BNPB mengatakan hal ini akan membahayakan bagi korban.

Menurut BNPB hingga hari ketiga para korba dianggap masih dalam status golden time, dalam artian masih ada kemungkinan ada korban yang masih hidup.

Struktur reruntuhan yang ada dikhawatirkan justru akan membahayakan bagi korban maupun petugas saat alat berat digunakan.

Sehingga baru pada hari kelima alat berat digunakan, dengan asumsi tidak ada lagi korban yang masih hidup.

BNPB Mengklaim Penggunaan Alat Berat Sudah Mendapat Dukungan dari Wali Santri

Selain menyampaikan rencana penggunaan alat berat, Suharyanto juga mengatakan bahwa langkah ini sudah mendapat persetujuan para wali santri.

“Seluruh pihak keluarga korban sudah merelakan dan mengikhlaskan apabila kemudian alat berat ini masuk akan mengganggu kondisi jenazah di bawah reruntuhan,” ungkap Suharyanto.

Sebelumnya BNPB telah bertemu dengan para wali santri dan menyampaikan progress yang ada. Disampaikan pula berbagai kemungkina yang terjadi berkaitan dengan penggunaan alat berat dalam proses evakuasi.

“Potensi penemuan jenazah aka nada lagi. Nanti akan kita sampaikan ke depannya,” janji Kepala BNPB.

Musibah ambruknya bangunan mussala di Pondok Pesantren Al Khozny ini menyita perhatian public. Pasalnya, korban yang ada dalam musibah ini begitu besar.

Selain itu, parahnya musibah ini ditambah dengan struktur bangunan yang sulit dan membahayakan membuat upaya evakuasi mengalami banyak hambatan.

Dalam beberapa video yang dirilis para petugas SAR, tampak bahwa mereka pun harus bertaruh nyawa. Yang bisa mereka lakukan pada hari pertama hingga ketiga hanya membuat Lorong di bawah reruntuhan bangunan.

Langkah ini dilakukan selain untuk keselamatan petugas sendiri, juga untuk meminimalisir munculnya korba karena proses penyelematan tersebut. Maka sangat wajar jika yang dilakukan petugas melalui perhitungan yang sangat cermat.

Menurut Kepala BNPB sendiri, tidak kurang dari 400 personil terlibat dalam proses ini. Petugas yang ada datang dari Basarnas, TNI-Polri, BPBD, Pemadam Kebakaran, Tagana, Dinas PU dan para relawan.

Para petugas tersebut bekerja 24 jam dalam upaya evakuasi para korban. Selain itu alat-alat canggih pun digunakan untuk membantu proses evanuasi.

Dengan penggunaan alat berat, progress pada hari Jumat kemarin, beberapa material di layer 2 dan 3 mulai dibersihkan. Setelah itu petugas fokus pada lantai dasar di mana diperkirakan banyak korban di dalamnya.