Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Nanik Srisunarni
Ilustrasi teman (pexels.com/Anna Shvets)

Momen menjadi mahasiswa perantauan tentu akan sangat dirindukan. Apalagi jika kita sudah tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa dan harus melanjutkan kehidupan di fase selanjutnya. Salah-satu momen yang dirindukan adalah ketika menjalani hidup sebagai anak kos, yang artinya harus hidup satu atap dengan mahasiswa lain yang berbeda latar belakang baik budaya, ras, suku, maupun agama.

Walaupun terlihat sederhana, tetapi terkadang perbedaan latar belakang di kos akan sangat berpotensi pada keributan, atau paling tidak akan menimbulkan rasa tidak nyaman satu sama lain. Namun dengan sikap dewasa dan saling mengerti satu sama lain bukan tidak mungkin perbedaan yang ada dapat ditepis dengan perasaan saling memahami dan menghargai.

Barangkali perbedaan yang ada seringkali menjengkelkan, misalnya saja ketika kamu berbicara dengan menggunakan bahasa daerah di tempat kuliah, seringkali temanmu akan kebingungan menangkap maksud pembicaraan, sehingga terjadi kesalahpahaman atau sebaliknya.

Contoh lainnya adalah ketika kalian memutuskan untuk memasak bersama-sama dan ternyata terdapat perbedaan dalam hal cara mengolah, bahan yang digunakan, hingga cara penyajian. Tentu kamu dan teman-temanmu harus melewati fase perdebatan terlebih dahulu yang kadangkala membuat tersinggung satu sama lain.

Akan tetapi, hal ini bisa diatasi dengan adanya keterbukaan dan komunikasi yang baik, di mana kalian bisa menyebutkan bagaimana makanan disajikan dan diolah beserta bahan yang digunakan di daerah masing-masing. Setelah itu barulah kalian mendiskusikan cara mana yang akan digunakan. Atau jika memungkinkan, kalian bisa meramu bahan-bahan dan cara mengolah dari berbagai daerah sehingga memunculkan perpaduan rasa yang unik.

Contoh perbedaan di atas akan terasa menggelitik ketika kalian belajar bahasa daerah antar teman di kos. Pastinya akan terasa menggelikan dan lucu karena perbedaan logat dan cara pengucapan aksen yang berbeda-beda akan membuat bunyi bahasa yang kamu ucapkan menjadi keliru dan terdengar lucu.

Walaupun terkesan lucu, bukan berarti kita boleh menghina atau mengejek bahasa daerah lain ya! Jadikan perbedaan bahasa tersebut sebagai media untuk belajar, barangkali suatu saat kamu berlibur ke daerah mereka, dan sudah bisa mengerti bahasa yang digunakan di sana bukan?

Mungkin tiga contoh di atas hanyalah potongan kecil dari perbedaan yang biasa dijumpai anak kos di rantauan. Ada banyak perbedaan yang sebenarnya bisa diulik dan dikaji bersama sehingga akan tampak sisi positif dan negatifnya.

Terlepas dari perbedaan yang ada, bukan berarti kehidupan akan terasa menyebalkan dan membosankan. Justru dengan cara pandang yang positif akan membuat kita semakin kaya akan wawasan dan tentunya akan lebih menghargai keberagaman yang ada. Jadikan perbedaan sebagai kacamata yang positif dalam memandang kekayaan nusantara. Dari yang berbeda-beda, melahirkan persatuan dan rasa memiliki yang sama. 

Nanik Srisunarni