Sebagai manusia, tentu kita memiliki hawa nafsu terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Kesenangan duniawi akan membuat manusia terlena, dan membuat pelaku tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya hanyalah perbuatan yang sia-sia.
Sadar nggak sih? Kenapa manusia itu khususnya remaja, gemar mengikuti hal-hal yang sedang viral? Dalam bahasa gaulnya, hal ini biasa disebut sebagai trend. Biar apa sih ikut-ikutan trend? Biar keren katanya!
Timbulnya rasa penasaran sekaligus rasa takut tertinggal karena tidak mengikuti sesuatu yang sedang trend, merupakan faktor utama pelaku melakukan hal tersebut; ikut-ikutan trend.
Padahal, sikap ikut-ikutan itu tidak selamanya berdampak baik lho! Bisa jadi berdampak kurang baik, bahkan berdampak buruk jika dilakukan secara terus-menerus.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas dalam hal fashion. Kenapa fashion ya? Kenapa tidak mengambil contoh dalam hal yang lain? Ya! Jawabanmu tepat.
Baru-baru ini, tepatnya pada hari Senin, 22 April 2024, kita telah memperingati hari bumi sedunia. Sebagai generasi muda, tentunya kita harus sayang dan peduli kepada bumi sebagai tempat tinggal kita.
Bertepatan dengan hari bumi ini, hari bumi identik dengan gaya hidup berkelanjutan. Karena tujuan dari peringatan Hari Bumi yang paling utama adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Gaya hidup berkelanjutan atau sustainable lifestyle adalah gaya hidup yang melibatkan penggunaan sumber daya secara bijaksana, diperlukan kesadaran sekaligus tindakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Praktik gaya hidup berkelanjutan di antaranya adalah menghasilkan lebih sedikit limbah juga memilih dan memakai produk-produk yang ramah lingkungan.
Lalu, apakah hubungannya antara gaya hidup berkelanjutan dengan circular fashion? Gaya hidup berkelanjutan dan circular fashion saling berhubungan satu sama lain karena sama-sama bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
Istilah circular fashion masih terdengar asing bagi kebanyakan orang. Circular fashion adalah sebuah upaya untuk memperpanjang umur pakaian. Industri fashion harus mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sekaligus meminimalisir limbah yang dihasilkan.
Tujuan dari circular fashion adalah untuk menciptakan sebuah siklus yang berkelanjutan, produk fashion yang diciptakan dapat dimanfaatkan kembali setelah digunakan secara terus-menerus, sehingga akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Circular fashion merupakan gerakan yang ramah lingkungan. Dengan menerapkan circular fashion, kita telah memperpanjang umur pakaian yang kita miliki. Karena prinsip dari circular fashion ini sendiri adalah menekankan penggunaan sebuah produk selama mungkin.
Bagi para remaja yang senang mengikuti trend, terlebih dalam hal pakaian, maka penting untuk di edukasi mengenai circular fashion ini.
Contohnya saja, kini sedang marak trend busana “Thrifting”. Bagi para remaja, tidak seharusnya kita selalu membeli pakaian yang sedang trend. Seharusnya kita sadar, sebagai generasi muda mengapa tidak menjadi agent of change saja?
Kita bisa menyukseskan circular fashion ini dengan beberapa cara lho, yang paling mudah adalah membeli produk fashion dengan kualitas yang bagus sehingga lebih awet. Kita juga harus mendukung brand fashion yang sudah memfokuskan terhadap isu sustainable fashion.
Banyak alasan mengapa kita tidak selalu harus membeli pakaian yang sedang trend. Karena pakaian yang trend pun, tidak selamanya dan tidak semuanya akan cocok dengan postur tubuh kita. Kenyamanan dan fungsionalitas jauh lebih utama daripada trend.
Minimnya edukasi mengenai circular fashion ini membuat para remaja merasa malu dan takut dikatain kampunganlah, kurang update-lah, karena tidak mengikuti perkembangan model fashion.
Padahal, model fashion yang trend itu lama-kelamaan akan ditinggalkan dan beralih kepada model fashion yang lebih update lagi.
Perlu diketahui, trend fashion ini menjadi boomerang bagi lingkungan kita. Dibalik trend ini, ada harga sangat mahal yang harus dibayar oleh lingkungan sebagai dampaknya. Trend fashion akan menambah limbah semakin banyak di bumi ini.
Sampah pakaian menjadi penyumbang polusi yang besar disebabkan karena beberapa faktor, faktor utamanya adalah umur pakainya yang singkat karena gaya hidup manusia yang konsumtif.
Di samping itu, pengolahan limbah pakaian yang kurang baik seperti halnya dibuang ke laut atau dibakar, tentu akan menyebabkan pencemaran udara.
Oleh karena itu, circular fashion merupakan solusi ampuh bagi masyarakat khususnya remaja, untuk mengakhiri membeli pakaian sesuai trend sekaligus mengurangi limbah tekstil jika diterapkan dengan sungguh-sungguh.
Jika ingin membeli pakaian, cobalah untuk membeli pakaian bekas yang tentunya masih layak pakai dibandingkan membeli pakaian baru. Yuk sayangi dan jaga bumi kita dimulai dari diri sendiri! Berhenti mengikuti trend-trend fashion lagi ya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Anti Ribet, Ini 4 Ide Outfit Harian Cozy ala Siyoon Billlie yang Bisa Kamu Tiru
-
Ketua APPMI Akui Laju Ekonomi Indonesia Lemah, Industri Fashion Terdampak?
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!
-
4 Padu Padan Kasual Anti Mainstream ala J-Hope BTS, Cocok Buat Daily Style
-
Idul Fitri Berlalu, Pameran Modest Fashion Ini Raup Omzet Rp1 Miliar saat Isu Ekonomi Lemah
Rona
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
-
Perkuat Nilai Komoditas dan Pemasaran Berkualitas, GEF SGP Indonesia dan Supa Surya Niaga Teken MoU
-
Kopicek: Ketika Komunitas Mata Hati Mengubah Stigma Tunanetra Melalui Kopi
-
Lakukan Penanaman Pohon, Suara.com Luncurkan Suara Hijau dan Green Media Network
Terkini
-
Rayakan Ulang Tahun ke-36, Ini 4 Rekomendasi Drama China Jing Boran
-
Sambal Goang yang Super Pedas, Pecel Lele 5 Saudara Primadona Baru Jambi
-
Pendidikan Perempuan: Warisan Abadi Kartini yang Masih Diperjuangkan
-
Berada dalam Satu Tim, 3 Nama Ini Bisa Dinaturalisasi dan Bela Timnas U-23
-
Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa Kembali di SMA: Solusi atau Langkah Mundur?