
Aku pecundang...
Di bawah lampu jalan
Yang memantaumu dari kejauhan
Embun di malam hari
Menambah dinginnya sikap acuhmu
Di matamu, aku hanya orang aneh
Yang harus kau hindari
Maafkan...
Jika tingkahku tak mampu menyiratkan rasaku
Yang justru membuatmu takut
Bahkan membenciku
Maafkan...
Jika intuisiku tak mampu menembus relung jiwamu
Di matamu, aku bayang-bayang gelap kedukaan
Yang harus tetap berada dalam kegelapan
Namun dibalik kertas yang selalu kau buang
Aku menuliskan bait-bait ketulusan untukmu
Bukan hanya sekedar kata namun dengannya aku menjaga dan terus mencarimu
Meski aku sudah tak disisi lampu jalan itu untuk terus memperhatikanmu
Percayalah…
Dengannya aku terus mencarimu di sela-sela jarak tiap huruf yang kutulis
Aku ada di tiap kertas-kertas yang selalu kau abaikan
Percayalah…
Aku terus memperhatikanmu
Meski ragaku tlah tak kau temui (lagi)
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Diam-Diam Romantis, Nagita Slavina Bikin Puisi Cinta Menyentuh untuk Raffi Ahmad
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Mahasiswa PPG FKIP Unila Asah Religiusitas Awardee YBM BRILiaN Lewat Puisi
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
4 Alasan Buku Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Wajib Kamu Baca!
Sastra
Terkini
-
Pecat Carlos Pena di Penghujung Musim, Manajemen Persija Salah Langkah?
-
Demi si Dia! TXT Belajar Bahasa Cinta di Single Terbaru 'Love Language'
-
5 Drama Korea Ini Terpilih Tayang di Canneseries 2025, Simak Sinopsisnya
-
RUU Polri: Kebebasan Ruang Digital Terancam? Revisi Kontroversial yang Bikin Warganet Resah!
-
Review Film The Devil's Bath: Teror Mengerikan Tanpa Hantu