Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Rico Andreano
Ilustrasi Awan Mendung. (freedigitalphotos/worradmu)

Kutuliskan bait-bait dari rakyatmu yang papa

Kusampaikan jerit pilu yang menghantamku

Tangis pilu berbaur emosi tanpa tertahan lagi

Tuan penguasa dengarkanlah suara rakyatmu ini

Diriku ini sudah tak tahan akan kelaparan

Anak istri juga merasakan hal yang sama

Sudah lama hamba kehilangan mata pencaharian 

Anak-anakku sudah tak lagi bersekolah

Entah apa yang harus kuperbuat lagi

Sementara pageblug masih bergentayangan 

Seakan tiada henti-hentinya mencekik negeri ini 

Tiada yang pasti kapan berakhir pageblug ini

Yang terhormat dan tercinta tuan penguasa

Jutaan rakyatmu sudah menderita dalam kelaparan 

Jutaan rakyatmu sudah tiada lagi mata pencaharian 

Banting tulang kesana kemari hanya demi sesuap nasi 

Rakyatmu ingin sekali bertemu denganmu

Bertemu untuk mengungkapkan seluruh isi jeritan hati

Dari lubuk hati yang mendalam dengan tulus 

Diriku tak sanggup lagi berkelana dalam nelangsa

Dan jutaan rakyatmu yang nelangsa ingin bertemu 

Bertemu menghadap tuan untuk meminta jawaban 

Jawaban atas segala permasalahan yang rakyatmu rasakan

Nelangsa pageblug sudah sangat mencekik rakyatmu 

Rico Andreano