Jasamu meriuk dalam keabadian sejarah.
Kedamaian cita-cita abadi sepanjang masa engkau perjuangkan.
Tetesan darah dan airmata, hanyalah bunga-bunga dalam perjuangan.
Ku hisap pahitnya kehidupan melihat kenyataan yang penuh dengan kemunafikan atas Jasamu yang telah disia-siakan.
Entah mengapa jasamu hanya dijadikan pajangan generasi saat ini.
Seandainya engkau bisa berteriak dalam kuburmu.
Melihat anak cucu bergumam dalam kebodohan.
Perampasan hanyalah tontonan ketidakpedulian, walau mereka berteriak tanpa suara.
Lebih baik aku menyelinap dalam ketenanganmu yang disana, daripada aku harus menanggung keterpurukan kenyataan.
Bait-bait Tuhan menjadi senjata paling ampuh untuk menghancurkan persatuan Indonesia.
Kini aku merindukan murnihnya jasa pahlawanku, agar aku mampu melihat terangnya masa dapan nantinya.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Kata Sutradara soal Film Live-Action KPop Demon Hunters, Sulit Diwujudkan?
-
Bikin Penasaran! Apa Sih Isi 'Bisik-bisik' Prabowo dan Trump di KTT Perdamaian Gaza?
-
Jelang Persalinan, Steffi Zamora dan Nino Fernandez Sudah Siapkan Nama?
-
Lepas dari Bayang-bayang Lagu Cinta, Rizky Febian Bikin Gebrakan Baru Lewat 'Alamak'
-
4 Look Kim Seol Hyun Bikin Jaket Jadi Statement OOTD yang Gak Bosenin!