Tak terdengar lagi suara manusia berkecamuk.
Keheningan malam yang menyelamkan.
Sesekali suara cicak ingin berkomentar.
Malam yang dingin, aku duduk di samping pintu depan.
Aku terlelap dan lupa waktu.
Aku berdamai pada diri sendiri.
Menerawang masa depan dengan penuh tanda tanya.
Berpikir langkah perjuangan yang tepat melawan arusnya kehidupan.
Kini aku sendiri masih duduk pada pertengahan malam.
Saat aku menengok pada jam dinding yang sudah tua, ternyata jarum pendeknya sudah berada di angka 2.
Apakah malamku ini ada hikmah di hari esok?
Kesunyian makin menghampiri, mata pun tak ingin jua bersahabat untuk berbaring.
Malamku, aku harap ada hikmah pada esok hari.
Aku ingin melihat indahnya kehidupan di pagi hari.
Aku ingin menyaksikan kesuksesan seperti yang aku angankan sekarang ini di penghujung malam.
Semoga aku dapat tidur lelap dan terbangun dengan penuh kecahayaaan.
Baca Juga
-
Media Sosial, Desa, dan Budaya yang Berubah
-
Media Sosial dan Dunia Anak: Antara Manfaat dan Tantangan
-
Pendidikan Etika Digital sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
-
Pendidikan, Kunci Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah
-
Gak Perlu Panik! Ini Cara Mudah Nabung Buat Pernikahan Meski Gaji Pas-pasan
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan