Ilustrasi Orang yang Malu. (Pixabay)
Mau, tapi tak menggapai.
Impin besar tak mampu terwujud.
Gelombang ketakutan tak mampu terlawan.
Besar harapan, malu untuk melangkah.
Malu, akan tertinggal.
Malu, akan terbelakang.
Malu, akan terseleksi.
Malu, akan menanggung beban berat.
Ohh, seperti itu kah malu?
Benarkah sejatinya malu seperti itu?
Tentu bukan dan bukan.
Itu bukanlah malu, ia adalah pesimis.
Itu adalah musuh yang nyata dalam diri.
Malu bukan tidak kenal kebaikan.
Malu bukan tidak ingin gapai kesuksesan.
Malu berhak menggapai bintang.
Karena memang malu budaya elok dan baik.
Malu sebenarnya.
Malu karena merampas hak orang.
Malu karena tak bertanggungjawab.
Malu karena membusungkan dada.
Itulah malu yang sejati.
Bukan malu karena berbuat baik.
Baca Juga
-
Cara Download dan Install IBM SPSS di Laptop, Plus Tips Biar Nggak Lemot
-
Cara Paling Gampang Buat Tau Siapa yang Numpang WiFi Tanpa Izin
-
Kenalan Sama Chromebook: Laptop yang Beda dari Biasanya
-
2 Cara agar Browser Bisa Refresh Otomatis Tanpa Capek Klik-Klik Lagi
-
Cara Mudah Memindahkan Gambar dari Google Foto ke Galeri Ponselmu
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Ulasan Novel The Thrashers: Ketika Popularitas Berujung pada Kematian
-
Ibis Styles Yogyakarta Gandeng Gombal Project, Bikin Workshop Kreatif dari Baju Bekas
-
Petualangan Gelap di Pendlewick: Ulasan Novel A Tangele of Spells
-
Semedja Javanese Cuisine, Surga Kuliner Jawa di Tengah Kota Jambi
-
4 Ide OOTD ala Ju Haknyeon THE BOYZ, Cocok Buat Kuliah hingga Nongkrong!