Ilustrasi Tak Mendengar. (Pexels.com/Kindel Media)
Kita selalu lupa
Bahwa kita sering melukai sesama
Kita enggan menyadarinya
Bahwa kita telah menghancurkan nurani manusia
Tak ada lagi kebenaran
Yang tersisa hanya pembenaran
Ia terus tumbuh dengan jumlah yang tak karuan
Memenuhi semesta yang tak lagi punya ketenangan
Saling tuding setiap hari
Rutinitas kita adalah membenarkan kebiadaban diri sendiri
Seolah menjadi hakim yang paling adil di muka bumi
Kita tak pernah mengakui
Kita memandang sesama
Dengan kebencian dan murka
Menyalahkan kambing hitam yang tak tahu apa-apa
Kita lebih jahat dari iblis semesta
Agustus 2021
Komentar
Berikan komentar disini >
Baca Juga
-
Menggugat Sekolah yang 'Tak' Bersalah
-
Film Encanto: Tak Ada Keluarga yang Benar-benar Sempurna
-
Doctor Strange MoM: Menyelamatkan Dunia Bukan Perkara yang Membahagiakan
-
Privilese Spider-Man dan Batman serta Korelasinya dengan Konsep Berbuat Baik
-
Imam Al Ghazali dan Tuduhan Soal Penyebab Kejumudan Berpikir
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Dari Toga Romawi Sampai Baju Virtual: Perjalanan 'Fashion' dari Zaman Batu Hingga Era TikTok
-
5 Ide Terapi Seni yang Bisa Bikin Anak Jadi Lebih Kreatif Sejak Dini
-
AXIS Nation Cup 2025: Terapkan Play for Good dengan Tema Suara Para Juara
-
4 Padu Padan Knitwear ala San ATEEZ, Buat Daily Outfit Biar Makin Cool
-
Puncak TPN XII: Kolaborasi Guru Menuju Pendidikan Berdaya dan Berkelanjutan