"Habisin semua itu yang di depan, musuh belakang aku yang urus," kataku asik sembari memainkan game di ponsel bersama teman sekampus.
Kami terbiasa memulai permainan saat tengah malam. Aku melirik ke jam dinding di kamar kos ku, dan jarum panjang telah menunjukkan pukul sebelas malam. Menurutku, selain mengatasi kebosanan bermain game tengah malam juga didukung oleh kecepatan internet yang lebih stabil, sehingga tak jarang aku lupa waktu untuk istirahat.
“Jo, udahan dulu, yah. Aku besok ada matkul pagi-pagi, sama Pak Cipto pula, si dosen killer, gak boleh off cam. Kalo telat login aja di hukum, mampus aku,” ucapku kepada Jojo. Jojo langsung mengiyakan, seolah mengerti betapa galaknya dosenku besok pagi.
“Yaudah, aku log out ya. Guling ku tercinta udah mau ngajakin jalan-jalan nih, ke mimpi, hehehe” candaku. Jojo cuma tertawa.
“Hati-hati omongannya entar ada yang ngajak beneran,” ledek Jojo sebelum mematikan panggilan WhatsApp yang sering kami gunakan untuk berkomunikasi dalam game.
Setelah memutuskan panggilan, aku langsung membaringkan tubuh di kasur dan menarik selimut hingga dada. Untuk memastikan bangun tepat waktu, tak lupa ku nyalakan alarm esok pagi. Takut tidak bangun, ku naikan volume sampai penuh dan sengaja ku letakkan dekat dengan telinga. Sebelum tidur rasanya kurang jika tidak bermain sebentar dengan benda pipih itu sampai akhirnya rasa kantuk menyerang mataku.
Aku bergelung dibawah selimut, memeluk guling empuk yang menemaniku selama aku tinggal di kost ini. Perlahan aku memejamkan mata, mulai membuka bayangan kilas-kilas mimpi di alam bawah sadar.
"Eh, bau apa ini?," tanyaku kaget.
Aku mengendus dan mencium bau pandan yang menyeruak hebat di dalam kamarku.
"Sejak kapan ada pandan di kamar ku?" tanyaku dalam hati.
Dengan rasa malas ku sempatkan membuka mata dan mencari sumber bau itu.
"Aih, bau apa sih ini nyengat banget, ganggu aja," gerutu ku lirih.
Aku duduk ditepi kasur dengan gontai, berniat untuk minum air. Seteguk, dua teguk, lalu menaruh gelas itu kembali setelah meneguk air yang ke empat. Aku kembali ke kasur, lalu mencoba untuk tidur, lagi. Bau pandan itu justru semakin parah. Seolah bau itu berada di dekatku.
Aku menutup hidung dengan gulingku, tetap positif thinking bahwa bau pandan itu mungkin dari musang pandan yang mungkin ada di atap. Besok aku harus menyuruh Mang Usep untuk memeriksa atap.
Percuma, gulingku yang bau wangi karena baru saja di laundry itu bahkan tak mampu mengalahkan bau tidak sedap ini. Aku mendengus kesal, ingin tidur pun susah banget.
“Bau banget sih, bikin mual ajal. Musangnya berapa sih? Satu? Dua? Apa segerombolan, bau banget!," gerutu ku dalam kamar.
Aku hendak memejamkan mata lagi, namun aku merasakan bulu kudukku tiba-tiba meremang. Pikiranku mulai kalut, tidak tenang, badanku merinding.
Hawa dingin menusuk leherku. Seakan belum cukup membuatku ketakutan, aku merasakan sesuatu sedang memperhatikan ku dari jauh.
Aku berusaha bersikap acuh dan menutup seluruh tubuh dengan selimut. Aku seakan ingin mati dari dunia ini ketika selimutku ditarik paksa dan melihat sosok tinggi seperti guling yang tersenyum lebar, memperlihatkan mata bolong, wajah berdarah, bernanah, dan belatung dimana-mana.
Sosok itu tersenyum begitu lebar, seolah merobek wajahnya sendiri. Aku yakin aku pingsan setelah sosok itu mengucapkan kalimat yang tidak akan pernah aku lupakan.
“Aku udah nungguin dari tadi, katanya kita kan mau jalan-jalan,"
Baca Juga
-
Ramai Dibicarakan, Apa Sebenarnya Intrusive Thoughts?
-
Menjamurnya Bahasa 'Gado-Gado' Sama dengan Memudarnya Jati Diri Bangsa?
-
7 Tips Efektif Menjaga Hubungan agar Tetap Harmonis saat Pacar PMS, Cowok Wajib Tahu!
-
Sering Merasa Lelah Akhir-akhir Ini? 5 Hal ini Bisa Jadi Penyebabnya
-
Kuliah sambil Healing, 2 Universitas Negeri Terbaik di Malang Versi THE WUR 2023
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta, Plot Twist-nya Tak Terduga!
-
Ulasan Buku 'Kitab Kawin', Kumpulan Cerpen tentang Sisi Gelap Pernikahan
-
Misteri Kematian WNA 34 Tahun di Kamar Kos Tanjung Priok, Ada Bekas Darah di Hidung dan Mulut
-
Berdansa Bersama Hujan dalam Buku Bertajuk Cerpen Antologi Cinta
-
Ulasan Buku Senja dan Cinta yang Berdarah Karya Seno Gumira Ajidarma
Sastra
Terkini
-
Review Aku Tahu Kapan Kamu Mati: Desa Bunuh Diri, Sekuel yang Lebih Ngeri
-
Ulasan Film 'Green Book': Bersatunya Dua Perbedaan dalam Satu Mobil
-
Coffee Shop Menjamur di Era Sekarang, Apakah Peluang bagi Para Pengusaha?
-
Tayang 2025, Film Korea Sister Kenalkan 3 Pemeran Utama
-
Dari Balik Layar Pilkada: Relawan dan Peran Besar Mereka