Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Budi
Ilustrasi Kegelapan. (Pixabay)

Malam yang dingin menyelimuti tubuhku.
Suara alam yang lenyap dan akan menyatu denganku.
Pikiran yang tak tenang dan terus bertanya-tanya.
Dalam hatiku memberontak antara bahagia dan tak karuang.

Larut malam berkelimang suara-suara indah.
Di depan gubuk tua terdengar nyanyian suara perjuangan.
Lantunan nada-nada indah pun yang dikemas dalam bingkai perasaan.
Hingga seakan membuka jalan pikiranku.
Gemuruh perjuangan para pemuda yang terus berapi-api dengan semangat tak pernah pudar.
Dengan suara lantang untuk melawan orang-orang yang bejat.

Malam yang mulai sunyi terus menghampiri.
Seakan mencoba mengundang tanya dan memberontak akan susahnya arus kehidupan di hari mendatang.
Kehidupan yang sering berbohong pada realitas.
Para orang-orang semuanya nampak pandai menyembunyikan tangannya dan mangambil main tambahan.

Malam yang dingin makin menghanyutkanku dan aku makin lupa diri.
Malam yang gemerlap menghiasi alam pikiranku.
Malam indah yang seakan memberikan sinyal kebahagiaan abadi.
Bintang-bintang pun terlihat jelas berderetan indah.
Cahaya bulan yang terus memancarkan sinarnya.
Aku berpikir positif dengan diriku sendiri akan menggapai kebahagiaan.
Kebahagiaan yang dapat terus memberikan kenyamanan tanpa henti.
Walau di luar sana para orang-orang sibuk memperkaya dirinya.

Kegelapan yang makin menghampiri dan terus mendekat.
Saat mendekat aku pun makin tak karuang dengan pikiranku.
Seakan datang dan ingin menggoyahkan prinsipku. Apakah dengan itu aku tak mampu menggapai pikiranku sesuai yang aku harapkan.
Tentu tidak, hatiku berkata tidak ada yang tak mungkin jika memang punya keinginan.

Gubuk Marhaenis, 25 Agustus 2021

Budi