Ku lihat mentari masih setia menyinari; memeluk dengan halus embun pagi sedari tadi; dengan cahayanya beserta sinar cintanya. Bumi pun dapat merasakan kehadiran sang mentari, ketika ia membelai lembut rumput-rumput dan pepohonan yang berpijak pada tubuh bumi.
Sementara itu, burung-burung kian berkicau menyanyikan lagu dengan suaranya yang indah nan merdu, serta lalu lalang angin yang berhembus dengan pelan kepadaku; seakan ingin memberikanku sebuah pesan: bahwa tak semestinya bila aku murung terhadap karunia Tuhan.
Aku merasa lega, ketika kulihat dan kurasakan seluruh alam beserta kejadian bahu-membahu untuk menghiburku; untuk menyenangkan kembali hatiku. Bagaikan gemuruh pada jiwa yang telah terbisik cinta, aku dengan perlahan luluh dibuatnya.Lalu seulas senyum pun kembali menyungging di bibirku dengan getir; dan kemudian air mataku pun mengiringi penyesalanku terhadap-Nya.
Penyesalan terbesarku ialah sikapku yang selalu menyesali takdir kehidupan; yang kemudian membuatku lupa akan karunia Tuhan. Sedangkan selama ini Ia selalu mencukupi kebutuhan lahir dan batinku.
Aku pun sering kali merasa tak bersyukur dengan segala kekurangan yang aku punya. Padahal, Ia selalu bersedia menerima segala lebih dan kurangku; serta memberikanku lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangan. Hanya saja aku terlalu lupa dan selalu menganggap segala kekuranganku sebagai suatu kelemahan; yang membuatku rendah dan hina sebagai manusia.
Tetapi ali ini aku sadar dan aku yakin terhadap diriku sendiri: bahwa Tuhan tidak pernah menciptakanku dengan kesempurnaan. Akan tetapi, bukan berarti Tuhan tidak menawarkan kesempurnaan kepadaku, sebab kesempurnaan akan terjadi apabila aku mau menerima segala sesuatu yang tidak sempurna pada diriku; apabila aku mau berjalan dan mau memperbaiki nasib kehidupanku; dan apabila aku bersedia serta berlapang dada hidup bersama dengan cinta.
Meskipun adakalanya ketika cinta dibalut terlebih dahulu dengan derita, dan kadangkala derita tersebut tak berlangsung dengan sekejap mata.
Tuhan,maafkanlah aku; yang selama ini tak bisa menerima karunia-Mu. Maafkanlah aku yang secara tak sadar telah merendahkan harkat dan martabat diriku sendiri. Selama ini, aku tak sadar bahwa Engkaulah yang selalu menghiburku di kala aku sedang bersusah hati; dan tak ada hentinya Engkau membimbingku agar aku tak berlarut-larut dalam kesedihanku.
Tuhan, aku mohon bukakanlah pintu hatiku; agar aku dapat melihat keindahan karunia-Mu. Serta izinkanlah aku untuk dapat merasakan karunia-Mu; sebelum mentari terbit kembali mengawali hari yang baru...
Bogor, 29 Agustus 2021
Baca Juga
-
Mari Kembangkan Diri Bersama Buku Bertajuk 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif
-
Ulasan Tuan Besar Gatsby Karya F. Scott Fitzgerald, Salah Satu Novel Terhebat dalam Sastra Dunia!
-
Misi Evakuasi Para Tentara Inggris pada Perang Dunia II dalam Film Dunkirk
-
Ulasan Film The Pursuit of Happyness: Perjuangan Seorang Ayah Meraih Kesuksesan
-
Ulasan Film Fury: Pertempuran Sengit Melawan Satu Batalion Tentara Jerman
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Review Buku Tuhan, Maaf Aku Kurang Bersyukur Karya Malik Al Mughis
-
Ini Alasan Mengapa Bibir juga Butuh Perlindungan Sinar Matahari
-
Kolaborasi APR, DuniaTex, dan Matahari Gaungkan Fesyen Berkelanjutan di Jakarta Fashion Week 2025
-
Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu: Kehilangan Bertubi di dalam Pesantren
Sastra
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat