Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Syamsuddin
Ilustrasi Rumah Ibadah. (pexels.com)

Kau sendirian

Kau, ku ketemukan di kesendirian dan di kesepian

Berjalan meminggir di lorong-lorong kesunyian dan di keheningan

Seperti belati milik maha pati kau menusuk malam-malam yang hitam dan dingin  tanpa penerangan

Kau menghajar kocar-kacir

Kau mencabik peluk sejuk

Kau melawan getir keterasingan

Angin berdesis

Hujan merincis

Kau menangis

Putus asa

Gagal kembali dalam hayal sesal

Terjatuh lalu berdiri

Tertatih letih

Mencoba bangkit dalam sakit

Terluka oleh cita tak berbalas suka

Harapan adalah kehampaan

Mimpi adalah andai-andai

Merasa adalah gerbang putus asa

Seandainya

Dalam gulita pekat malam

Aku mencari bayangan yang bersuara di dalam diam

Aku mencari pelita yang bercahaya di kegelapan

Ku rasakan desir udara yang terluka

Masuk ke dalam ruang rahasia

Pelan mengendap lalu senyap

Sepertinya aku terjebak juga terperangkap

Seandainya, cinta selalu bergandeng bahagia

Seandainya, suka selalu berbalas cita

Seandainya, tiada derita di ujung cerita

Seandainya, tiada duka di akhir kisah

Seandainya, tiada terlambat di penutup hayat

"Seandainya... Ah," aku memberi sesal kepada diriku yang lalu

Seandainya

Puisi-ku Tuhan

Aku memanggil-Mu di ketinggian menara dengan pengeras suara

Aku mencari-Mu di dalam rumah-rumah ibadah yang itu rumahmu kata guru agama di sekolah

Aku menelusuri tentang-Mu di dalam kitab-kitab suci agama

Aku percaya tapi kecewa

Aku iman tapi awam

Aku takwa tapi penuh tanya

Engkau ada atau andai-andai saja?

Engkau nyata atau bayang-bayang semata?

Engkau tak terlihat tapi terasa lalu Engkau ini sebenarnya apa?

Puisi-Mu Tuhan

Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi

Jika kau mencariku dengan andai-andai analogi Aku pastikan itu adalah ilusi

Aku adalah hakekat yang misteri

Jadi jangan berpikir untuk dapat kau pahami

Aku bukan kamu tetapi kamu adalah Aku sebagai materi

Jangan mencariku di keramaian

Sebab itu adalah ujubmu bukan wujudKu

Aku ada dalam ketiadaan

Aku bersuara di kesunyian

Aku terdengar pada keheningan

Kau ingin mengenalKu sementara mengenal dirimu saja tidak mampu

Kenali dulu dirimu sendiri lalu belajarlah mengenaliKu

Syamsuddin