Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Budi
Ilustrasi Manusia Egois. (Pixabay)

Aku hanyalah manusia biasa
Makhluk bernyawa seperti para manusia pada umumnya
Mampu merasakan kesenangan dan kesedihan
Memiliki hati yang ingin jua dapat merasakan kebahagiaan

Aku kadang tak mengerti atas perlakuanku sendiri
Nalar yang memberontak kadang tak mampu aku maknai
Pikiranku teranguk-anguk kadang membuat lelah dan tak bersahabat
Dilema dan kebimbangan pun terus menghantui jalan pikiranku

Aku akan berbuat menuruti kata hatiku
Membiarkannya ke mana layar kebahagiaan membawanya
Walau kadang ada sinyal di sekelilingku yang tak mampu aku maknai
Hingga kondisi itulah yang kadang aku malah bertanya pada diriku sendiri

Aku tak mengerti apakah perbuatanku yang salah
Seringkali dianggap tak peka terhadap keadaan
Kadang pula dituduh sebagai manusia yang egois
Dinodai sebagai manusia yang tak mau berbagi cinta pada yang lain
Padahal cinta mestinya adalah milik semua, dan cinta tak akan sempurna jika tidak dibagi

Tuntutan itulah yang tak mampu aku lalui
Aku tak mampu melawannya dengan perlakuan dan caraku sendiri
Aku memang sadar bahwa cinta yang sempurna ketika ia mampu tersatukan dengan yang lain
Penyatuan sebagai penyempurna kasih sayang akan kebahagiaan

Namun, kenapa aku tak mampu melalui itu?
Kenapa aku tak bisa mengutarakan apa yang aku rasakan?
Mungkinkah aku ini adalah orang yang paling bodoh
Tak mampu berkata walau aku kadang sakit
Tak mampu berbagi dan seakan mampu mengatasi segalanya

Aku memang menjadi manusia yang egois
Egois karena tidak ada keberanian
Egois karena tak mampu berbagi kasih
Aku makin dilema dan selalu bertentangan antara hati dan pikiranku

Tinambung, 3 September 2021

Budi