Merenung dalam suasana sendiri yang ditemani sebatang rokok dengan secangkir kopi. Mengkhayal suatu kehidupan lampau yang sangat tentram. Sesekali menyeruput segelas kopi panas dan menghisap rokok aku terasa membayangkan suasana kehidupan lampau berjalan tertib.
Gemah ripah loh jinawi yang penuh kerukunan saat semua manusia dalam kehidupan lampau sangat peduli dengan sesamanya. Kehidupan lampau berterbaran kesahajaan segenap manusia yang sangat lugu hatinya. Dengan sejuta kebaikan yang dihantarkan.
Denyut senja menjelang malam kala bersambut hujan sangat deras di depan teras rumah. Aku duduk bersila bersandar pada tembok rumah sangat kokoh berwarna putih suci. Menghirup napas pelan-pelan kemudian menghembuskannya perlahan. Sungguh masa-masa indah kehidupan masa lampau.
Saat kehidupan masih belum diracuni oleh keangkuhan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi semakin tak karuan membuat segalanya semakin kebablasan. Kebablasan yang seakan tiada kendalinya. Kehidupan lampau dalam suasana girang hati.
Sebuah tutur moral yang seakan menjadi pegangan hidup segenap manusia saat masa kehidupan lampau. Masa terindah kehidupan lampau yang terus saja terukir di alam pikiranku takkan pernah lenyap selalu.
Sangat mencolok suasana kehidupan lampau dengan kehidupan sekarang. Kehidupan sekarang semakin dicekoki dengan kemajuan teknologi yang membuat manusia kehilangan kendali dalam segala hidupnya.
Segala kemajuan teknologi yang membuat manusia satu sama lain tersekat dalam jarak sedemikian rupa. Andai mesin bisa berputar akupun ingin terbawa dalam kehidupan lampau
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Review Film The Paradise of Thorns: Kisahkan Surga Berduri dan Luka Keluarga
-
Terobosan RIPE: Rekayasa Genetika Selamatkan Ketahanan Pangan dari Krisis Iklim?
-
Ulasan Buku Biar Saja Mereka Tidak Menyukaiku: Berani Menjadi Diri Sendiri
-
PA Jambi Gandeng FKIK UNJA, Hadirkan Psikologi di Proses Hukum
-
Review Series The Better Sister: Rahasia yang Lebih Ngeri dari Pembunuhan