Aku seharusnya berterima kasih kepada kesendirianku, sebab karenanya, aku terhindar dari segala sesuatu yang palsu
Aku seharusnya berterima kasih kepada kesendirianku, sebab darinya, aku belajar bagaimana menghargai diriku sendiri
Aku seharusnya berterima kasih kepada kesendirianku, sebab darinya, aku dapat mengerti perihal kesejatian dan rasa malu
Dan tak seharusnya, aku takut dengan kesendirianku; sebab ia pun selalu bersamaku, dan selalu mengandalkan kekuatanku
Aku bukanlah orang yang senang berjalan di tengah hiruk-pikuk keramaian: yang acap kali menawarkan kepalsuan
Aku adalah orang yang gemar menyendiri, sebab harus ku akui, ketika aku menyendiri dengan sunyi, aku tak perlu lagi bersembunyi
Dan aku pun memang benar-benar tak mau peduli terhadap perkataan orang lain kepadaku: bahwa aku ini pemalu, bahwa aku ini kurang pergaulan, atau...
Bahwa aku ini kesepian
Aku hanya ingin menikmati seluruh hening kesendirianku, yang tak dapat aku temukan di dalam keramaian
Aku juga ingin menikmati kesunyianku; menikmati angin yang lalu lalang menyapaku tanpa seorang pun tahu apa yang sedang terjadi pada duniaku
Aku mencintai kesendirianku, sebab aku tahu ia pun mencintaiku. Namun terkadang sepi mengambil alih peran, dan membuat emosiku tidak karuan
Namun begitu, sesungguhnya sepi ingin bermain-main denganku hanya saja aku tak bisa mengerti bagaimana cara mainnya
Lagipula aku tidak suka, cara ia menyapaku yaitu dengan membuat gelisah segenap inti perasaanku
Tetapi, ah, aku tetap ingin sendiri
Sebab kesepian yang paling sejati bukanlah disaat kita sedang sendiri, melainkan disaat kita sedang beramai-ramai namun kita merasa seolah tak ada seorangpun yang peduli
Tak ada yang yang lebih menyakitkan, selain berharap banyak kepada orang lain. Dan tak ada yang bisa membuat diri kita puas, selain diri kita sendiri. Terutama saat kita mampu mengerahkan segala kemampuan dalam diri kita masing-masing untuk membuat orang lain tersenyum membuat orang lain berbahagia atas kehadiran kita. Niscaya surga pun akan kalah keindahannya
Itulah sejatinya hidup manusia mengandalkan dirinya sendiri untuk membuat orang lain berbahagia,
Bukan sebaliknya mengandalkan orang lain untuk membuat diri kita berbahagia
Sebab hidup adalah keseimbangan antara kesedihan dan kebahagiaan
Dan manusia yang bijak akan memberikan kebahagiaan, serta mengisi kekosongan...
Bogor, 4 September 2021
Baca Juga
-
Ulasan Film Never Back Down: Kisah Remaja yang Mendalami Mix Martial Arts
-
Ulasan Film Warrior: Kisah Kakak-beradik yang Kembali Bertemu di Atas Ring
-
Ulasan Film Unbroken: Kisah Atlet Olimpiade yang Menjadi Tawanan Perang
-
Ulasan Film The Fighter: Kisah Seorang Pria Meraih Gelar Juara Tinju Dunia
-
Ulasan Film Rocky: Kisah Petinju Lokal Meraih Kesuksesan di Dunia Tinju
Artikel Terkait
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
4 Alasan Buku Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Wajib Kamu Baca!
-
Lebaran Penuh Kepalsuan, saat Momen Suci Berubah Menjadi Tekanan Tahunan
-
Puisi Wiji Thukul Kembali Menggema: Peringatan dalam Pusaran Ketidakadilan
-
Rayakan Hari Puisi Sedunia Lewat 5 Buku Puisi Terbaik Karya Sastrawan Dunia
Sastra
Terkini
-
Piala Asia U-17: Timnas Indonesia Wajib Jaga Marwah saat Ladeni Afghanistan
-
3 Pemain Timnas Indonesia U-17 yang Layak Promosi ke Level Timnas U-20
-
Berniat Rayakan Galungan di Bali: 3 Aktivitas Ini Bikin Kamu Makin Dekat dengan Budaya Lokal
-
Timnas Indonesia U-17: Tim Non-unggulan yang Bikin Lawan-Lawannya dalam Posisi Sulit
-
Lolos Piala Dunia U-17 2025, 3 Pemain Keturunan Ini Bisa Dinaturalisasi!