Dalam berputarnya waktu yang memacu manusia seantero buana berlomba-lomba dalam gapaian harta. Harta mewah telah menjadi tuhan yang mereka sembah. Seakan harta mewah adalah benda yang sangat diagung-agungkan. Kata harta telah menjadi sesuatu yang sangat megah permainya bagi manusia.
Seakan manusia menghamba pada harta mewah. Segalanya bergantung pada harta mewah. Bagai boneka uang yang terus terbius dalam harta mewah. Bak hidup yang diatur oleh harta mewah. Jadilah manusia sebagai budak harta mewah.
Memuja-muja harta mewah setiap hari yang tak pernah merasakan syukur dan puasnya apa yang telah didapatkan. Setiap hari tak pernah penat selalu mengais harta. Seolah kemewahan adalah sesemabahan.
Yang tergiur dengan gemerlap kemewahan seakan tak tahu mendapatkan hartanya dari mana. Manusia telah diperbudak oleh harta. Menganggap tiada hari tanpa harta. Bila harta sudah menumpuk memamerkan segala harta pada media sosial.
Sejatinya harta memang penting bagi kehidupan. Namun bukan tujuan utama dalam hidup sebuah limpahan harta. Harta yang seharusnya dihantarkan juga untuk mereka para kaum papa yang hidup tercengkeram kemelaratan.
Harta yang niscaya sebagai penyelamat bagi jiwa kaum fakir yang sudah sekian tersiksa raganya dalam segala kemelaratan. Bukan harta yang dipertontonkan. Manusia seakan lupa akan syukur yang mereka miliki atas segala harta yang telah digapai.
Sebuah ironi kala manusia sudah hidup dalam dunia yang melenakan segalanya hanya mengejar nikmat sesaat
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Boyong Gali Freitas, Persebaya Surabaya Juga Datangkan Pilar Dewa United di Liga 1
-
Agrowisata Belimbing Karangsari, Cocok Jadi Objek Wisata Keluarga di Blitar
-
Sempat Tag di Instagram, G-Dragon Bantah Rumor Kencan dengan Sana TWICE
-
Kualifikasi Piala Dunia 2026: Ancaman China untuk Bisa Kalahkan Timnas Indonesia Tak Main-Main!
-
Ulasan Novel Voyage of the Damned: Pelayaran Mewah yang Berujung Maut