Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Ina Barina
Ilustrasi Langit Siang. (Pixabay)

Ku ingat jelas, cerah langit di siang itu

Dimana awan bergerak menyingkir, saling menjauh

Disaat semburat putih menipis, menutup pandang akannya.

Aku mengingatnya, bersama kenangan tentangmu

Aku mengenangnya, bersama dengan bayangmu

Aku tegaskan, aku mengingatnya jelas.

Aku mematrinya dalam setiap sudut memoriku,

Selalu.

Siang itu,

Siang dimana aku kehilangan satu matahari dalam hidupku.

Bersihnya langit seakan sejalan denganmu, dengan kenangan kita

Semuanya sama iringnya, bahkan awan yang saling menjauh

Seperti ragamu yang bergerak menjauh dariku,

Sama dengan kisah kita yang harus tersapu bersih,

Dan juga sebanding dengan tangis yang pecah memenuhi belanga,

Iya, semua memang seiring di siang itu.

Kawanku tercinta,

Ada setumpuk tanya di benakku yang ingin kuledakkan di hadapanmu,

Apa yang kau ingat tentang siang itu,

Apa yang kau kenang akan kebersamaan kita,

Atau apa yang ingin kau jabarkan tentang dunia lama kita,

Akankah itu rindu, ataukah memori yang berputar layaknya sebuah film

Apa mungkin juga, hanyalah segelintir debu yang tak berguna

Aku sungguh penasaran tentang itu.

Jika mungkin tanyaku tak terjawab, ku ingin kau mencatat baik janjiku ini

Aku kawanmu, ingin kau mengetahui hal yang ku berlakukan selamanya

Semasa hayatku.

Aku akan selalu disini dengan semua cerita kita,

Berdiri menanti saat kau kan kembali kesisiku,

Mengharap hadirmu di pandangan mata, dengan semua kisah indah

Dan bersama memori tentang kita selama ini,

Aku menunggumu, dengan segala yang ku miliki

Aku mengharapmu, dengan segala ingatan tentang dunia lama

Dunia lama yang harus berakhir di siang itu,

Dunia lama, milik kita.

Ina Barina