Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Funcrev Id
Ilustrasi jalanan gelap. (unsplash)

Cerita ini sudah lama sekali dan masih jelas di kepalaku hingga sekarang. Perkenalkan namaku Bima, mahasiswa semester akhir di salah satu kampus ternama di Semarang. Hari ini ada kuliah umum tambahan, sepulang dari kampus aku harus kembali bimbingan tugas akhir. Menunggu dosen yang selalu molor sampai-sampai harus pulang menjelang malam. Sial.

Kebetulan malam itu cuaca sedang bagus-bagusnya, bintang menghiasi malam, angin berbisik lembut di telinga. Selepas keluar dari kampus, seperti biasa aku pergi untuk absen ke angkringan di sebelah perempatan. Hari ini kebetulan ada film bagus. Tak sabar ingin menontonnya, makan pun sampai tersedak. 

Dengan tergopoh-gopoh takut ketinggalan aku langsung bergegas mencari bioskop terdekat. Film mulai sekitar jam setengah delapan malam, sesuai ekspektasi filmnya menegangkan, selama diputar benar-benar bikin jantung berdegup kencang. 

Selesai menonton aku langsung menuju jalanan mencari angkutan umum. Berhasil, kebetulan salah satu angkot biru melintas. Tanpa pikir panjang aku segera naik. Berhubung sudah malam angkot saat itu masih kosong, hanya aku satu-satunya penumpang.

Dalam pikiran saat itu hanya membayangkan betapa empuknya kasur kos saat nanti sudah tiba. Tidak tampak berhenti, tiba-tiba di belakang ada suara halus menyapa. Benar-benar kaget waktu itu, tapi siapa sangka kalau suara itu berasal dari gadis putih cantik. Mungkin aku yang kurang fokus karena hari sudah gelap. Tanpa ada rasa kecurigaan apapun kami mengobrol seperti biasa.

"Dari mana mas," ucap gadis misterius tersebut.

"Oh, baru pulang kuliah," jawabku singkat.

"Mbak sendirian malam-malam?" tanyaku.

"Iya udah biasa, tadi cari obat," jawab gadis tersebut.

Benar-benar tidak ada keanehan sama sekali. Semua tampak normal biasa. Entah darimana asal ide aneh muncul saat itu, bukannya langsung pulang istirahat aku justru menawarkan diri untuk mengantarnya. 

Tak lama kemudian kami turun dari angkot, belaga pahlawan aku bayarkan juga ongkosnya. Karena naik angkot tentu saja kami berhenti di jalan besar. Selang beberapa menit berjalan anehnya suasana tiba-tiba berubah, keriuhan kota seakan tertinggal jauh dibelakang. Kebetulan saat itu aku belum pernah menginjakkan kaki di kawasan tersebut.

Dari kejauhan gadis itu menunjuk sebuah rumah kecil berwarna putih. Dengan rasa bangga akupun menerima tawarannya untuk masuk sebentar. Hitung-hitung upah sudah mengantarkan, pikirku. 

Tiba-tiba di rumah itu Ia menyuguhkan beberapa makanan. Namun aku sama sekali tidak berselera karena sudah merasa kekenyangan saat di angkringan tadi. Pandanganku hanya terfokus pada gadis itu. Tak ingin berlama-lama aku segera pamit pulang kepadanya, tapi si gadis itu tetap berusaha menahanku. 

Tangannya dingin sekali, terus-menerus menarik tanganku. Aku tak mau kalah, makin lama gadis ini makin aneh, Ia bahkan tertawa tidak jelas tanpa sebab. Rambut hitamnya memudar menjadi putih, wajahnya berubah menjadi sangat menyeramkan. Dengan berbagai cara aku berusaha keluar dari rumah itu.

Dengan terus mengucap istighfar, akhirnya aku berhasil dan ternyata rumah tersebut tidak ada, yang ada di tempat tadi hanyalah semak belukar. Sekelilingku tampak sama semua. Aku benar-benar tidak tahu ada dimana. Semuanya gelap tampak seperti berada di tengah semak belukar.

Meski sudah benar-benar panik, tetap ku paksakan baca istighfar. Alkhamdulillah setelah beberapa menit mencari, terlihat sebuah lampu jalanan yang menyala. Hari sudah larut malam, sudah tidak ada lagi angkutan umum. untuk mencari aman, saat itu aku menumpang tidur di masjid terdekat. Benar-benar pengalaman yang sulit untuk dilupakan.

Funcrev Id