Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dream Praire
Ilustrasi pasir pantai. (Pixabay/Eutonia)

Kaki-kaki kecil berlari lincah dan  bebas

Tinggalkan jejak pada pasir basah yang mengeras

Tawa riang bagai nyanyian burung di udara panas

Bagai musik dalam panggung tanpa batas

Jari-jari mungil memungut karang kecil aneka rupa

Terkumpul dalam genggaman yang tak seberapa

Kulit kerang, rumah siput dalam bentuk tak serupa

Indah memesona membuat semua sedih pun terlupa

Duduk beralas pasir kering tanpa tepian

Jari-jari kecil membangun istana impian

Gerbang, menara dan segala bangunan

Tak terbatas, bebas mengikuti khayalan

Menghiasi istana pasir dengan harta kecil

Mengatur kerang, rumah siput dan juga kerikil

Membentuk taman-taman cantik mungil

Juga benteng kokoh pelindung dari tangan usil

Memandang puas karya tak abadi

Menikmati  sepanjang mungkin rasa bahagia ini

Walau satu prahara  akan mendatangi dengan pasti

Bocah-bocah  pantai menikmati  istana pasir yang masih berdiri

Seiring waktu ombak semakin dekat ke tepi pantai

Saat pasang tiba dengan gelombang besar mengintai

Bocah-bocah  pantai mundur bergerak dalam lenggok santai

Memandangi detik-detik karya kecilnya yang siap terbantai

Riak besar ombak menggulung dan memecah

Menabrak istana pasir yang berdiri megah

Sekali sapuan istana pasir pun pecah

Retak, runtuh, larut lalu perlahan musnah

Bocah-bocah pantai tersenyum menyaksikan

Permainan yang berubah menjadi sebuah pertunjukan

Laksana membaca sebuah  karya besar sastrawan

Tentang sejarah hancurnya sebuah peradaban

Borneo, Agustus 2021

Dream Praire