Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Dream Praire
Ilustrasi daun gugur (Pixabay)

Susunan kisah dalam buku yang belum terbaca

Terbaris diam dan terkunci dalam lemari berkaca

Tertarik pada lembar sampul  indah yang menawan

Namun berhenti dan menyerah pada tragedi yang tak terlawan

Memilih menyerah karena rasa takut yang menyebar

Bagai tinta mengendap meresap membentuk noda yang melebar

Tak hilang walau berkali coba dibasuh

Semakin memperparah keadaan yang mulai rusuh

Dalam amarah bercampur  rasa putus asa dan kecewa

Tak sanggup tersenyum apalagi untuk tertawa

Terlalu menyedihkan  untuk sekejap diakhiri

Terlalu menyakitkan untuk berkeras dijalani

Ingin menghapus lenyap semua cerita tanpa sisa

Walau tahu pasti itu hanyalah usaha yang sia-sia

Bagaimanapun semua yang dilewati begitu nyata

Kisah-kisah yang diiringi tawa canda tangis dan airmata

Jejak-jejak langkah di atas pasir

Hilang terhapus riak ombak yang berdesir

Aroma tanah tersiram hujan pertama

Lenyap diterpa panas dan sinar mentari yang datang bersama

Kelopak bunga  yang menua rontok lalu terbang

Tangkai  tak peduli pada putik dan benang sari yang ikut menghilang

Kerlip bintang berubah menjadi hamparan hitam

Seakan tak pernah ada tertutup langit gelap kelam

Nyanyian  Jangkrik yang ribut seketika senyap

Berganti kesunyian dalam selubung udara pengap

Kawanan burung yang berarak di langit tak lagi nampak

Mendadak bubar seakan ada pemburu yang melepaskan tembak

Begitu pun bagian  cerita hidupku bersamamu

Terhenti dan terhapus  oleh perasaan bernama jemu

Hanya bisa kusimpan untuk kukenang

Agar orang-orang sekitar  kita tetap tenang

Biarlah kan kutulis lagi kisahku tanpamu

Entah  mungkin kelak kita kembali bertemu

Dan kau telah lupa pada catatan  kisah kita

Namun bagiku  pahitnya   perpisahan terasa amat nyata

                                                                                Borneo, Oktober 2021

Dream Praire