Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Rico Andreano Fahreza
Ilustrasi Nirwana. (pixabay.com)

Tatapan hidup mengangkasa yang memuluskan langkah berpijak pada tempat yang suci. Seolah bagai rumah yang sangat teduh kian menyejukkan. Tempat yang bernama nirwana yang tercipta sangat megah dalam pandangan pasang mata. Bayang-bayang kehidupan nirwana begitu tertancap dalam ikatan batin yang sangat kuat.

Lembah kehidupan yang dilalui manusia yang selalu naik turun. Namun sudah menjadi kodrat-Nya sebuah keniscayaan hidup. Tatapan hidup yang amat jernih tanpa dikotori oleh noda kelam nista tingkah laku yang amat jijik.

Yang menyatakan isyarat sejati akan langkah yang sangat hati-hati. Agar tak mudah tergelincir ke dalam jurang durjana. Jurang durjana yang membuat manusia tak mudah keluar. Terus menjebak manusia dalam jurang durjana.

Nyala sinar nirwana yang memberikan rasa ketenangan bagi jiwa yang bersih. Kala bersinar menghantarkan kehangatan raga yang digapai. Mengangkasa raga menuju dimensi nirwana setelah dunia berakhir. Menjadi awal kembalinya manusia kepada Tuhan.

Langkah menuju nirwana menjadi kerinduan bagi manusia yang amat tulus beramal bagi sesama. Dengan uluran kasih yang tak pernah berharap pamrih apapun. Sungguh alam nirwana yang dinanti bagi jiwa yang suci.

Batin sangat menanti ikatan nirwana yang sangat erat tak bisa terpisahkan. Hamparan nirwana yang tak bisa dibandingkan dengan lainnya. Kiasan kesunyian abadi yang terpancar nyata bagi kecantikan alam nirwana. 

Bagai tempat tinggal manusia yang begitu nyata kala dunia yang fana berhenti dan berakhir.

Rico Andreano Fahreza