Pahatan kerinduan pada jiwa yang semu. Kerinduan akan sosok yang menjadi teladan dalam hamparan kehidupanku. Semakin dekat di hati walau jauh dari pandangan mata. Kehampaan jiwa yang bersemi pada pijakan sebuah rumah. Dalam kesendirian yang kualami sepanjang hari. Jiwa yang terasa tak ada lagi dalam ragaku.
Sosok seorang sahabat yang sangat kusayangi. Menjadi saudara sendiri yang selalu memberi petuah berfaedah bagi diriku. Yang selalu menuntun langkahku berada agar tak tersesat dalam jalan yang salah arah. Menjadi dorongan bagiku untuk pribadi yang lebih baik.
Kala sahabat yang begitu kukagumi akan segala petuahnya menjadi pelita bagi jiwa yang sangat gelap. Begitu terharu mendengar petuahnya yang sangat menampar wajah. Petuah yang amat menyesakkan dada, namun begitu berfaedah bagi kehidupanku.
Segala jasa kebaikan yang tak bisa aku balas, karena telah berpisah dariku selamanya tak pernah kembali. Takdir yang memisahkan aku dan dia. Setahun dia telah meninggalkanku. Namun aku rela melepas kepergian menuju Illahi dalam ketenangan abadi. Walau terasa pahit bagiku melepas kepergiannya
Setiap hari pahatan kerinduan selalu bersamaku. Menyendiri di rumah dengan menjalani hidup yang mengalir begitu saja. Ya sahabat itu adalah kedua orang tuaku yang telah meninggalkanku menghadap Illahi dalam damai. Yang sekarang telah berada dalam surga tempat kembali dalam suasana bahagia selalu.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Rekap Indonesia Open 2025 Day 1: Delapan Wakil Indonesia Amankan Tiket Babak Kedua
-
Boyong Gali Freitas, Persebaya Surabaya Juga Datangkan Pilar Dewa United di Liga 1
-
Agrowisata Belimbing Karangsari, Cocok Jadi Objek Wisata Keluarga di Blitar
-
Sempat Tag di Instagram, G-Dragon Bantah Rumor Kencan dengan Sana TWICE
-
Kualifikasi Piala Dunia 2026: Ancaman China untuk Bisa Kalahkan Timnas Indonesia Tak Main-Main!