Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Fachry Fadillah
Ilustrasi daun gugur (Pixabay)

Angin menyapaku dengan lembut; dalam heningnya suasana pagi yang masih samar-samar. Mentari pun belum menampakkan parasnya di ufuk cakrawala; hanya ada rona merah jingga di tempat ia tiba. Sementara, kicau burung yang mulai bernyanyi lambat laun kian mengusir sepi; meskipun kita tahu, bahwa ia tak akan benar-benar pergi. Di halaman samping rumah, aku dapat merasakan kemesraan di antara rerumputan: yang seakan-akan bergoyang sebab tertiup angin kehidupan. Bersama mereka, aku pun bercengkrama; membicarakan tentang malam yang kerapkali menyembunyikan sang rembulan, meskipun sebenarnya aku tidak benar-benar peduli; sebab setiap malam yang ku lalui, selalu ku habiskan untuk menyendiri.

Aku bukanlah seseorang yang menyenangkan, bukan pula seseorang yang layak dirindukan: sebab seluruh bagian-bagian dari hidupku, selalu ku sesuaikan mengikuti irama kehidupan. Hidupku memang banyak merenung, tapi tak ada satupun jua peristiwa atau hal lainnya yang kulakukan dalam hidupku yang mesti ku sesalkan; meskipun setiap penyesalan adalah hal yang wajar terjadi, dan yang tak wajar adalah menyesali setiap hal yang terjadi.

Aku bukannya bangga dengan rasa rendah diri, dan percayalah, rendah diri merupakan langkah awal bagi seseorang menuju patah hati. Tak ada satupun insan di semesta ini yang akan merasa senang dengan kebodohannya ataupun kedunguannya; termasuk aku, walaupun kadangkala aku sendiri tak bisa membedakan antara cinta dengan dungu.

Aku tak tahu, atau mungkin aku yang terlalu dungu; mengapa setiap cinta yang ku rasa dan yang datang kepadaku selalu saja berakhir sia-sia. Aku bertanya, namun semua jawaban hasilnya sama saja. Aku merasa hampa, dan aku acap kali merasa tak berdaya. Hingga pada akhirnya aku menyadari, seperti kataku tadi; bahwa tak ada satupun peristiwa yang layak disesali.

Seperti halnya daun-daun yang gugur sebab tertiup oleh angin dan rapuh sebab terbakar oleh sengatan matahari, mereka tak pernah membenci atas apapun yang terjadi. Biarlah kehidupan ini berjalan dengan semestinya, juga cinta yang tak lagi untuk dipaksa; sebab kita semua yang tanpa disadari adalah suatu keindahan, dan masing-masing dari kita memiliki peranan yang berbeda. Seperti halnya daun-daun gugur, meskipun mereka telah gugur, tetapi tak menutup kemungkinan mereka bisa membuat tanaman-tanaman lain menjadi subur...

Bogor, 12 Oktober 2021.

Fachry Fadillah