Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Rico Andreano Fahreza
Ilustrasi Lipatan Misteri Asmara. (Pixabay)

Lipatan misteri asmara menggoyang semua pertanyaan yang tak pernah memberikan jawaban nyata. Asmara hanya bertengger dalam jiwa yang diliputi kerancuan ungkapan-ungkapan. Asmara menjadi pakaian menyelubungi segenap jiwa membawa seutas tali cinta tak berujung putus. Sebuah asmara hanya menjadi kelambu pemandangan diri yang bergolak semai keabadian.

Teka-teki pada asmara membenturkan hasil jawaban-jawaban lain sangat mengganggu kiasan indah. Seberkas untaian perasaan cinta berujar membawa kelembutan semua hayat dunia. Memisahkan semua keraguan membawa kebingungan yang mendera jiwa. Lipatan misteri asmara tak memberi jawaban kelanggengan mahligai kehidupan yang terbentuk.

Bias kasih meraup naungan usaha permata dunia menyentuh segenap sanubari. Riasan jiwa terkoyak asmara terbentuk meracau dengan lengkap. Berita tanpa ada kejelasan pasti memberikan semua perasaan cinta yang masih terpendam. Lembaran-lembaran hayat menjadi saksi nyata ikatan dua manusia terbius imaji asmara yang tak ada kepastian bisa langgeng.

Buruk rupa nalar pikiran yang seolah buta semuanya dalam ukiran asmara yang mematikan. Terlihat baik namun bisa membunuh logika manusia dalam melangkah menata mahligai kehidupan. Hanya asmara sendiri yang menjawab semua teka-teki tak berujung jawaban yang masih terpendam dalam-dalam.

Puisi melukis lipatan misteri asmara melantunkan bait-bait penuh pertanyaan seakan berharap kepastian dalam melangkah membentuk ikatan cinta sejati. Asmara hanyalah menjadi pelengkap hayat penuh imaji liar mendaur ulang tatapan menyambut dunia.

Rico Andreano Fahreza