Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Ilustrasi Makam. (pixabay.com)

Tanda kepergian raga membawa ucapan selamat jalan selamanya pada dunia. Seruan ruh yang membawa pesan akan berakhirnya nafas manusia. Gerak raga yang terhenti dalam tidur yang amat panjang. Tidur panjang tak pernah terbangun kembali kepada dunia. Panggilan-Nya meneduhkan ruh yang menanti kehadirat-Nya. Naungan alam baka yang kekal menggantikan alam dunia.

Falsafah ruh yang tercipta dari-Nya hingga kembali kepada-Nya. Raga merasakan dera dalam layunya langkah. Terkapar tak ada daya mengurai pesakitan raga dalam suasana yang berkecamuk. Batin menyambut kepergian ruh dari raga dalam kepasrahan seutuhnya. Kiasan sepanjang hayat menggoyahkan langkah manusia dalam nafas menemui kebusukan nafsu.

Sedikit demi sedikit nafsu yang membersamai manusia kian lenyap. Dalam detik menghitung lenyapnya nafsu manusia. Lentera Illahi menyinari raga dalam kegelapan nafsu sejati. Meluluhlantakkan segenap nafsu yang masih tersisa. Terpetik pada jauhnya perjalanan kian terasa cepat berpisah dengan dunia.

Lapis-lapis perpisahan dengan alam raya melepas perginya ruh tertawan suasana pilu. Seakan langit dan bumi menangis sejadi-jadinya kala melepas setiap ruh pergi meninggalkan dunia menuju keabadian kehidupan yang lain.

Ungkapan perasaan merdu menyambut nada-nada yang mengakhiri raga. Raga dalam kehinaan sangat tak layak rasanya menuju kehadirat-Nya. Namun tak bisa mengelak lagi dari perginya ruh pada raga. Selamat tinggal pada dunia terucap pada alam raya dalam lambaian langit dan bumi.

Taufan Rizka Purnawan