Bagi sebagian orang membaca cerpen lebih dipilih daripada novel, lantaran cerpen lebih singkat penuturan ceritanya dari novel, sehingga bagi orang yang memiliki setumpuk pekerjaan, ia takkan mengganggu jadwal pekerjaan, sebab membaca cerpen satu judul bisa diselesaikan dalam sekali duduk.
Ekspresi orang yang membaca cerpen, beraneka ragam. Ada yang pagi hari sambil bersanding kopi hitam. Ada yang sore seusai pulang kerja sambil duduk di ruang tamu. Ada yang membaca pada malam hari sambil rebahan di tempat tidur. Bermacam-macam suasana, tempat dan waktu. Saya sendiri lebih suka baca cerpen di pagi hari usai bantu istri bersih-bersih rumah dan sebelum berangkat kerja. Karena di pagi hari, pikiran tengah fresh dan belum ada sesuatu yang menggelayut.
Membaca dan menulis cerpen adalah aktifitas yang berbeda. Waktu, tempat, suasana dan gaya penulisan cerpen masing-masing penulis juga berbeda-beda. Mereka punya gaya tutur sendiri-sendiri dan memiliki kesempatan yang berbeda. Ada penulis yang lebih leluasa menulis cerpen di waktu malam hari selepas anggota keluarga lainnya berlabuh di pulau kapuk, sebab siangnya sibuk mengajar, berdagang mie ayam, jualan buku, jaga foto kopian, dan lain sebagainya. Memilih malam hari agar lebih konsentrasi dan selamat dari godaan manja anak-anak.
Mengenai gaya atau proses kreatif menulis cerpen, Kurnia Effendi dalam buku Anak Arloji yang diterbitkan oleh Serambi pada Maret 2011, mengemukakan bahwa sampai saat ini, saat menghimpun sejumlah cerpen, Pak Keff (Kurnia Effendi) selalu memulainya dengan judul, mengingat cara itu paling mudah baginya. Metode tersebut tidak sengaja dipilih, bukan karena gagal dengan jalan yang lain. Itu adalah cara pertama Pak Keff yang kemudian menjadi proses kreatif.
Pak Keff berkisah soal proses kreatif dalam buku itu, berikut petikannya:
"Bertahun-tahun yang lalu, ketika diwawancara oleh redaktur majalah remaja, terlontar pertanyaan: “Bagaimana biasanya kamu menulis cerpen?” Saya tidak perlu memikirkan jawaban. Langsung saya ucapkan: “Saya mulai dari judul.” Dan memang seperti itu kenyataannya. Dalam dompet saya dulu, suka tersimpan selipat kertas. Di sana tertulis beberapa judul, entah untuk prosa atau puisi. Pada saat judul itu saya tulis, kadang-kadang belum terlintas kisah apapun. Belum terpikir serangkai cerita, belum terbentang tuturan atau alur nasib seorang tokoh."(hlm. 220)
Apa yang telah dipraktikkan oleh Pak Keff ini (mengembangkan kisah dari judul yang telah dibuat lebih dulu) adalah satu gaya diantara gaya-gaya menulis cerpen yang menjadi proses kreatif bagi penulis cerpen ternama di negeri ini. Banyak pula penulis yang menulis dengan gaya dan model yang berbeda. Ada yang lebih dulu berkisah. Sedangkan judul dibuat belakangan setelah kisah rampung sempurna.
Sekarang tergantung kita, mau ikut siapa. Kita pun tak harus mengikuti gaya mereka. Sebab, masing-masing kita tentu punya kriteria dan khas berbeda dari mereka. Selamat berkarya. Salam kreatif!
Baca Juga
-
Adu Spek Infinix NOTE 50 dan Infinix HOT 50, Mana yang Lebih Memikat?
-
Ulasan Buku Romantisme Berhaji, Menuju Tanah Suci Berbekal Niat dari Hati
-
Vivo V40 5G Usung Fitur Artificial Intelligence dan Layar AMOLED Full HD+
-
Vivo V50 5G Baterai Lebih Awet dan Dibekali Fitur Fotografi Bawah Air
-
Tecno Camon 40 Pro, Kantongi Sensor Kamera LYT-700 Ultra Night Besutan Sony
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Film Keluarga Super Irit, Adaptasi Komik Asal Korea Selatan
-
Review Film Rust: Jauh Lebih Menyakitkan Kisah di Balik Layarnya
-
Ulasan Novel The Tenant: Suara Misterius dan Bau Busuk dari Penyewa Baru
-
Ulasan Novel Pelangi Waktu Malam, Kisah Luka dan Cinta yang Terlambat
-
Lagu Ordinary Confession: Pengakuan Cinta di Balik Melodi Sederhana
Terkini
-
RIIZE Siap Bangkitkan Jiwa Menari Semua Orang di Lagu Comeback Bertajuk Fly Up
-
Adu Spek Infinix NOTE 50 dan Infinix HOT 50, Mana yang Lebih Memikat?
-
Performa Nadeo Argawinata Puaskan Pelatih Borneo FC, OTW Dipanggil Timnas Indonesia?
-
Kemenag Karanganyar Borong Juara dalam Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 2025
-
Thom Haye, Eliano Reijnders dan Indonesian Connection yang Berakhir dengan Sia-Sia