Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Dongeng Pohon Pisang. Sumber gambar (DocPribadi/samedy)

Puisi termasuk jenis karya fiksi yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif kepada para pembaca. Jadi, salah besar ketika ada orang yang menganggap bahwa puisi hanyalah berisi bunga-bunga kata atau sekadar kata-kata bualan yang tak ada manfaatnya. 

Buku kumpulan puisi (yang ditujukan untuk anak) berjudul Dongeng Pohon Pisang karya Achmad Sultoni ini misalnya, memuat pesan-pesan positif untuk anak-anak. Kolam Ikan merupakan salah satu puisi yang menyelipkan pesan berharga untuk anak. Berikut ini penggalan puisi tersebut:

Di istana ikan, ada banyak enceng gondok

Enceng gondok beranak pinak

Seperti mentok kakek

Seperti pohon pisang kapok

Di halaman rumah nenek

Ikan suka berteman

Tidak suka bermusuhan

Ikan yang suka bermusuhan

Tidak akan punya teman (halaman 33).

Bila direnungi, penggalan puisi “Kolam Ikan” tersebut mengajak anak agar jangan bermusuhan dengan teman-temannya. Daripada bermusuhan tentu lebih baik memperbanyak teman atau sahabat. Sebagaimana ikan-ikan yang digambarkan sebagai makhluk hidup yang suka berteman dan tidak suka bermusuhan. Sebab, tidak akan punya teman bila kita gemar bermusuhan.

Puisi berjudul ‘Dongeng Pohon Pisang’ juga menyelipkan pesan yang bagus direnungi oleh anak-anak di rumah. Mari kita simak petikan puisi tersebut:

Menyusuri jalanan kampung

Yang lengang/ada banyak pohon pisang

Pohon pisang yang mungil-mungil

Berbaris memenuhi halaman

Halaman rumah. Ada pohon pisang kapok

Pisang bandung

Pisang ambon nangka

Pisang klemas

Pisang emas, pisang sasi

Pisang jaran

Pisang batu, dan sebagainya dan sebagainya (halaman41).

Bila dicermati, puisi ‘Dongeng Pohon Pisang’tersebut menyelipkan pesan kepada anak agar berusaha mengenali jenis-jenis buah pisang yang ternyata memiliki nama yang sangat beragam. Hal ini tentu sangat penting agar kelak anak dapat memilah-milah saat hendak mengonsumsi buah pisang yang sesuai atau cocok untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, ada jenis pisang yang berbeda cara mengolahnya.

Puisi berjudul ‘Sawah dan Aku’ juga menarik dan pesan yang diusung oleh penulis cukup menyentuh. Pesan yang mengingatkan anak-anak agar jangan melupakan keberadaan sawah dan menghormati profesi para petani. Kita tentu tahu bahwa makanan atau nasi yang kita konsumsi setiap hari itu berasal dari tanaman padi yang ditanam oleh para petani di sawah. Karenanya, jasa para petani begitu besar bagi semua orang yang menghuni bumi ini. 

Berikut petikan puisi ‘Sawah dan Aku:

Sawah adalah tempat paling kurindukan

Menatap hamparan hijaunya

Selalu ada debar yang menentramkan

Ayah, ibu, kakek, dan nenek hidup dari sawah. Aku pun juga. Engkau pun juga (halaman 8).

Melalui buku puisi ‘Dongeng Pohon Pisang’ terbitan Gambang Buku Budaya (2019) ini, anak-anak akan menemukan pelajaran berharga atau pesan positif yang sangat bagus untuk membantu meningkatkan jiwa sosial dan kepekaan anak terhadap lingkungan sekitarnya.         

***

Sam Edy Yuswanto