Komunikasi yang baik dibutuhkan oleh setiap orang agar dapat tercipta hubungan ideal dan harmonis. Komunikasi yang baik dapat dilihat dari adanya saling pengertian dan menghormati satu sama lain. Kesantunan dalam bertutur kata juga menjadi hal yang tak boleh diabaikan saat sedang berkomunikasi atau mengobrol dengan orang lain, terlebih orang yang baru dikenal.
Bicara tentang cara asyik mengobrol dengan orang lain, Ian Dimas dalam buku Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja menguraikan bahwa ngobrol asyik melibatkan dua unsur, yaitu berbicara dan mendengarkan. Kemampuan mendengarkan memang terlihat mudah karena terkesan tidak melakukan apa-apa, tak berbicara, melakukan hal-hal pasif, dan tak aktif. Akan tetapi, mempraktikkan hal tersebut susah sekali.
Keluhan-keluhan yang paling sering adalah tentang hubungan. Antara orang tua dan anak, suami dan istri, atau bos dengan karyawan banyak mengeluhkan bahwa satu pihak tidak mendengarkan pihak lainnya ketika berbicara. Ketika kita tidak mendengarkan dan banyak bicara, orang lain tidak akan merasa terhubung, diterima, dan dimengerti. Sebaliknya, orang lain akan lebih merasa terhubung, diterima, dan dimengerti jika kita banyak mendengarkan (Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja, halaman 108).
Ketika bertemu teman atau kerabat yang sedang memiliki persoalan, terkadang mereka akan mencurahkan permasalahannya pada kita. Hal yang penting dipahami di sini bahwa terkadang orang sudah tahu dengan apa yang akan dilakukannya, dia hanya butuh isi hatinya didengarkan, dia ingin ada orang lain yang bisa mendengarkan dan menampung keluh kesahnya.
Oleh karenanya, saat mereka sedang mengadukan masalahnya pada kita, dengarkan saja, hindari langsung memberi nasihat atau menghakimi mereka. Kecuali mereka meminta pendapat atau nasihat dari kita, baru kita memberikan pendapat sesuai keilmuan atau kapasitas kita.
Ian Dimas menjelaskan, berusahalah untuk mendengar seseorang yang menghadapi masalah, menampung keluh kesahnya, dan mengeluarkan beban di hatinya dengan mendengarkan penuh perhatian. Jangan ngomong banyak, kecuali beberapa kata simpati, anggukan kepala, dan mendengarkan secara tulus. Dengan begitu, kamu telah menyelamatkan hari-hari orang tersebut sehingga ia merasa kondisinya lebih baik setelah bercerita.
Perlu dipahami, saat mendengarkan orang lain bercerita, berusahalah untuk memfokuskan mata, tubuh, dan wajah kepada lawan bicara. Kita belum bisa dibilang mendengarkan ketika lawan bicara mengajak ngobrol, tetapi kita malah asyik melakukan kegiatan lain, seperti membaca koran, bermain handphone, atau memasak (Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja, halaman 110-111).
Terbitnya buku Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja (Saufa, 2014) dapat menambah wawasan pembaca seputar seni berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
***
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Belajar Merayakan Mimpi yang Nggak Sempurna dari Film In the Nguyen Kitchen
-
Review Film Lintrik: Ilmu Pemikat, Cinta Segitiga yang Berujung Petaka!
-
Ulasan Novel Algoritme Rasa: Ketika Setitik Luka Jadi Dendam Abadi
-
Review Film Mama: Pesan dari Neraka, Horor Digital yang Bikin Parno!
-
Review Film Sukma: Rahasia Gaib di Balik Obsesi Awet Muda!
Terkini
-
Suara Bisikan Virtual: Cara Gen Z Redakan Insomnia dengan ASMR
-
Alam, Pelarian Tenang Anak Muda dari Hiruk Pikuk Dunia
-
Standar Hidup Ala TikTok: Keren di Luar, Capek di Dalam?
-
Bukan Cuma Gagal Lolos, Timnas U-23 Juga Ditikung Tim Medioker ASEAN di Jalur Runner-up Terbaik
-
Pertarungan Penuh Darah di Serial Last Samurai Standing, Ini Teasernya