Sandur berasal dari dua kata yakni isan dan dhur. Isan berarti selesai panen dan dhur berarti semalam atau sampai pagi.
Definisi lain sandur berarti sandiwara ngendhur, artinya sebuah kesenian yang berisi sebuah cerita di mana cerita itu dilaksanakan sampai pagi atau semalam suntuk.
Dan definisi yang paling diterima dalam buku The History Of Madura yang ditulis oleh Samsul Ma'arif ini, sandur berasal dari kata isane tandhur (sa'wise tandur) yang berarti selesai bercocok tanam. Artinya sandur ini dilaksanakan setelah masyarakat panen dari taninya. Dan cerita atau dialog dalam sandur itu banyak menyimbolkan tentang pertanian itu sendiri. Misalkan tema yang diangkat adalah persawahan, kebun, jagung, tembakau atau pun kehidupan para petani di desanya.
Dalam sejarah di buku ini, sandur sudah ada sejak zaman kerajaan yang kala itu masih menganut animisme dan dinamisme sekitar tahun 1960-an. Setelah itu sandur semakin mengalami kemajuan. Bahkan hampir di Kecamatan Kota Bojonegoro punya kesenian sandur. Lalu lambat laun, sandur ini makin merajalela di sekitar Bojonegoro. Seperti Ngawi, Tuban, Lamongan dan Blora. Tentu pertujukannya dilaksanakan sampai pagi.
Namun di Madura sangat berbeda. Bahkan bisa dikatakan memiliki keunikan tersendiri.
Di Madura sandur bukan lagi dilaksanan ketika selesai bercocok tanam atau selesai panen. Artinya untuk melaksanakan sandur, di Madura nggak harus nunggu hasil panen. Namun di Madura waktu pertujukan sandur ini digelar ketika ada hajatan. Baik itu resepsi pernikahan, khitan dan acara-acara yang lain.
Nah yang perlu pembaca budiman ketahui, sandur di Madura ini sama dengan pertunjukan Ludruk. Orang Madura menyebunya dengan sebutan (tandek) Jenisa kesamaannya di mana? Sama-sama ada sindennya (sinden perempuan).
Bahkan yang penulis ketahui, ketika anaknya orang Madura lulus dari sekolahnya, baik itu lulus di tingkat RA atau PAUD atau pun MI, tak sedikit mereka mengundang kuda (jharan) dan sinden. Di mana sinden mengiringi kuda tersebut dan berjoget dengan irama atau alunan lagu drambamd. Bahkan ketika di tempat (di halaman sekolah) sinden itu ada yang menyanyi.
Baca Juga
-
Final Piala Super Spanyol: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Barcelona
-
Chat Dosen Pembimbing Harus Sopan biar Tugas Skripsi Lancar Itu Nggak Cukup
-
5 Tradisi yang Dulu Sering Dilakukan, tapi Kini Sudah Jarang, Apakah di Kampungmu Juga?
-
Wisata Goa Soekarno Sumenep: Dulu Berkawan Keramaian, Kini Berteman Kesepian
-
3 Cara agar Video TikTok Ditonton Banyak Orang meski Sedikit Pengikutnya, FYP Bos!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Film Superman 2025: Keren, Emosional, dan Bikin Nostalgia!
-
Kisah Affandi Koesoema, Dari Poster Film Menjadi Maestro Lukis
-
Ulasan Buku Menjemput Keberuntungan, Motivasi dari Para Tokoh Sukses Dunia
-
Ketua BEM and His Secret Wife: Serial Adaptasi Wattpad yang Bikin Penasaran
-
Review Anime Babanbabanban Vampire, Menampilkan Sisi Lain Cerita Vampir
Terkini
-
Erick Thohir Sebut Sinergi PSSI dan PT LIB Bukan Hanya Formalitas, Mengapa?
-
Stereotip Gender: Futsal Perempuan di Kalangan Gen Z
-
Lee Si Young Umumkan Kehamilan Anak Kedua Tanpa Persetujuan Mantan Suami
-
La La Love Me oleh VIVIZ: Proses Jatuh Cinta yang Menggetarkan Hati
-
Kamera Laptop Nggak Nyala? Ini Cara Gampang Biar Muka Muncul Lagi di Layar!