Sebagian orang sangat mendambakan memiliki jabatan penting di berbagai instansi pemerintahan. Dengan jabatan tersebut mereka berharap mendapatkan banyak keuntungan. Misalnya mendapat gaji banyak untuk memenuhi segala kebutuhan dan gaya hidupnya, serta mendapat status sosial tinggi yang akan mengantarkannya meraih kehormatan di tengah masyarakat.
Sayangnya, dalam meraih jabatan dan kekuasaan, banyak orang yang nekat melakukan beragam cara. Tak peduli cara yang digunakan itu melanggar norma dan hukum agama. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dan seyogianya setiap orang berusaha menghindari hal-hal tak terpuji seperti ini. Tak perlulah kita gila dengan jabatan sampai menghalalkan segala cara. Ingat, kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.
Bicara tentang jabatan yang menggiurkan banyak orang, dalam buku berjudul Jaman Edan & Kasunyatan, Gesta Bayuadhy menguraikan bahwa kalungguhan atau jabatan sangat menggiurkan bagi orang-orang yang gila kedudukan atau edan kalungguhan. Saking tergila-gilanya, orang tersebut mau melakukan apa saja demi mendapatkan kedudukan, jabatan, ataupun pekerjaan yang menunjukkan dirinya berstatus sosial tinggi.
Kalangan tertentu, khususnya orang yang sudah kaya-raya, berambisi mendapatkan kedudukan bukan untuk mencari penghasilan, melainkan untuk menaikkan derajat sosialnya. Mereka beranggapan status sosial mereka akan naik kalau memiliki jabatan atau kedudukan tertentu, meskipun secara materi tidak menguntungkan (Jaman Edan & Kasunyatan, halaman 75).
Gesta Bayuadhy menjelaskan, orang yang berniat ingin menjadi pejabat dengan motivasi sekadar untuk mendapatkan status sosial tinggi rasanya kurang tepat. Niatnya menjadi pejabat mestinya untuk bekerja sebaik-baiknya demi kepentingan masyarakat, bukan sekadar untuk mendapatkan status sosial tinggi atau penghormatan dari masyarakat karena dirinya mempunyai kedudukan di sebuah instansi pemerintah.
Kalau niatnya hanya sekadar ingin mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, maka ia tidak harus menjadi pejabat. Menjadi rakyat jelata asalkan berguna bagi masyarakat sekitarnya, sudah pasti dihargai masyarakat. Menjadi pengusaha sukses lalu mendermakan sebagian hartanya untuk masyarakat yang kekurangan, juga sebuah perbuatan yang bisa mengangkat derajatnya lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Menjadi pebisnis yang sukses kemudian menyantuni anak-anak telantar, bisa juga mengangkat derajat sosialnya menjadi lebih tinggi dibandingkan yang lainnya (Jaman Edan & Kasunyatan, halaman 78).
Terbitnya buku berjudul Jaman Edan & Kasunyatan (Diva Press, 2014) karya Gesta Bayuadhy ini menarik dijadikan sebagai bahan renungan dan introspeksi bagi para pembaca. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
***
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
-
Minta Pramono Segera Isi Posisi Kosong di Pemprov DKI, DPRD: Jangan Impor Pejabat!
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Ulasan Novel Aroma Karsa: Ambisi Mencari Kejayaan Lewat Teka-teki Wewangian
Ulasan
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
-
Baper, Film Jepang 'The Blue Skies at Your Feet': Cinta, Waktu dan Air Mata
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Desa Wisata Bromonilan, Menikmati Sejuknya Udara khas Pedesaan di Jogja
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Ondrej Kudela Antar Persija Jakarta Teguk Kemenangan, Persik Kediri Makin Terpuruk
-
Jawaban Ryan Coogler Soal Peluang Sekuel Film Sinners
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
-
Orang Baik Sering Tersakiti: Apakah Terlalu Baik Itu Merugikan Diri?