Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sam Edy Yuswanto
Buku 'The Power of Habit' (DocPribadi/SamEdy)

Manusia harus berusaha memiliki kebiasaan-kebiasaan positif dalam hidupnya. Kebiasaan yang baik tersebut akan mendatangkan kebahagiaan dan kesuksesan dalam segala lini kehidupan. Dalam berbisnis dan kehidupan rumah tangga misalnya, akan tercipta keharmonisan antar kolega, kerabat, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Kebiasaan yang baik harus dilatih sejak usia dini. Orang tua misalnya, harus berupaya menanamkan kebiasaan positif kepada anak-anaknya sedari kecil. Sehingga ketika anak beranjak besar dan dewasa, ia sudah terbiasa melakukan hal-hal positif tersebut bahkan tanpa kita repot-repot menyuruhnya.

Salah satu kebiasaan yang baik dalam sebuah keluarga ialah makan bersama dengan anak-anak. Dalam The Power of Habit, Charles Duhigg menguraikan; berbagai penelitian telah mendokumentasikan bahwa keluarga-keluarga yang memiliki kebiasaan makan malam bersama-sama tampaknya membesarkan anak-anak dengan kemampuan mengerjakan PR yang lebih baik, nilai yang lebih tinggi, kendali emosi yang lebih bagus, dan lebih percaya diri.

Membereskan tempat tidur setiap pagi berkorelasi dengan produktivitas yang lebih baik, perasaan yang lebih bahagia, dan keterampilan yang lebih baik dalam menaati anggaran. Bukan artinya makan bersama keluarga atau tempat tidur yang rapi menyebabkan nilai yang lebih baik atau penghematan belanja. Namun entah bagaimana perubahan-perubahan awal itu memulai reaksi berantai yang membantu kebiasaan-kebiasaan lain untuk berakar (The Power of Habit, halaman 108).

Menurut Charles Duhigg, kebiasaan tidak sesederhana kelihatannya. Kebiasaan—bahkan meskipun telah tertanam di dalam benak kita—bukanlah takdir. Kita bisa memilih kebiasaan kita, begitu kita tahu caranya. Segala sesuatu yang kita tahu mengenai kebiasaan, dari para ahli neurologi yang mempelajari pengidap amnesia dan ahli-ahli organisasi yang melakukan reka ulang perusahaan, adalah bahwa kebiasaan manapun bisa diubah, asalkan kita tahu bagaimana kebiasaan itu berfungsi.

Ratusan kebiasaan mempengaruhi hari-hari kita—mereka memandu bagaimana kita berpakaian pada pagi hari, berbicara kepada anak-anak kita, dan terlelap pada malam hari; mereka mempengaruhi apa yang kita makan untuk makan siang, bagaimana kita berbisnis, dan apakah kita berolahraga atau minum-minum bir setelah bekerja. Masing-masing memiliki petunjuk berbeda dan menawarkan ganjaran yang unik (The Power of Habit, halaman 269-270).

Buku The Power of Habit (2013) ini menarik disimak dan dijadikan salah satu buku motivasi bagi pembaca yang ingin menjadi pribadi lebih baik. Saya yakin, menjadi pribadi lebih baik adalah keinginan setiap orang, termasuk saya. Selamat membaca.  

Sam Edy Yuswanto