Shalat atau salat merupakan perintah Allah Swt. kepada setiap muslim yang sudah baligh dan berakal, laki-laki maupun perempuan. Shalat, idealnya dikerjakan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan juga khusyukan. Di sinilah tantangannya, karena menjalankan ibadah dengan ikhlas, sabar, dan khusyuk itu, nyatanya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tapi bukan sesuatu yang sulit bila kita terus berupaya mengusahakannya.
Dalam buku berjudul Dahsyatnya Mukjizat Rakaat-Rakaat Shalat Fardhu karya Iwan Fahri Cahyadi (Sabil, 2014), dipaparkan bahwa keseriusan untuk melaksanakan shalat dengan baik akan menghasilkan khusyuk. Umat Islam tidak diajak untuk menciptakan rasa khusyuk, tetapi kita akan memasuki dan menerima rasa khusyuk. Kita hanya mendapatkan, bukan menciptakan rasa khusyuk.
Secara umum, praktik ini sudah jarang kita temui di masjid-masjid. Shalat dianggap sebagai kewajiban yang harus ditunaikan, belum menjadi kebutuhan untuk berkomunikasi, berjumpa dan kemblai kepada Allah Swt. Kita telah melupakan bahwa esensi shalat adalah mi’raj kepada Allah Swt., sebagai alat penolong dan perjumpaan dengan sang pencipta alam semesta.
Khusyuk adalah bukti bagi orang yang mendapatkan karunia dan rahmat-Nya, dengan berhasilnya melakukan perintah-Nya menegakkan agama maupun mendirikan shalat. Sehingga, dalam pikiran dan hatinya, yang ada hanyalah keinginan untuk berjumpa dengan Allah Swt. dan menikmati suasan kerinduan dengan-Nya.
Shalat merupakan saat yang paling indah bagi orang yang beriman. Karenanya, ketika mendirikan shalat, ia ingin berlama-lama, tidak ingin cepat selesai. Ia menjadikan shalat sebagai penolongnya saat mendapatkan masalah. Shalat merupakan kebutuhannya agar dapat bersilaturahmi dengan Allah Swt. setiap saat. Shalat menjadi penerang bagi jiwanya. Karena, dengan shalat itu, ia senantiasa dituntun agar dapat berjalan di atas shirathal mustaqim yang telah dijanjikan-Nya (Dahsyatnya Mukjizat Rakaat-Rakaat Shalat Fardhu, halaman 193).
Lewat buku berjudul Dahsyatnya Mukjizat Rakaat-Rakaat Shalat Fardhu karya Iwan Fahri Cahyadi ini, para pembaca dapat merenungi kembali ibadah shalat yang telah dikerjakan selama ini, apakah sudah baik dan khusyuk? Selanjutnya pembaca akan berusaha untuk memperbaikinya agar lebih khusyuk dan mendapat keridha dari-Nya.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
-
Ulasan Buku My Olive Tree: Menguak Makna Pohon Zaitun bagi Rakyat Palestina
-
Review Film Death Whisperer 3: Hadir dengan Jumpscare Tanpa Ampun!
-
Ulasan Novel Terusir: Diskriminasi Wanita dari Kacamata Budaya dan Sosial
-
Review Film Tukar Takdir: Kisah Penyintas yang Menyayat Hati!
Terkini
-
Akhir Pekan Bingung Mau Nonton Apa? Ini 10 Film Netflix Paling Populer Saat Ini
-
Maxime Bouttier Ungkap Cerita Awal PDKT dengan Luna Maya: Nyaris Menyerah!
-
Beri Kans Panggil Marselino, Indra Sjafri Paham Lini Tengah Timnas Besutannya Kurang Kreatif?
-
Tepuk Sakinah Viral, Tapi Sudahkah Kita Paham Maknanya?
-
Tak Hanya Lolos, Indonesia Bisa Panen Poin Besar Jika Menang di Ronde Empat