Ketidakharmonisan sebuah rumah tangga dapat menimbulkan dampak negatif yang panjang. Dampak yang paling nyata misalnya dialami oleh anak. Anak yang terlahir dari keluarga yang sering bertengkar biasanya memiliki jiwa rapuh sekaligus memiliki sifat pemarah. Ia juga sulit memiliki rasa respek terhadap orangtuanya. Bahkan, bisa jadi ia akan menyimpan dendam kepada orangtuanya yang enggan memedulikannya.
Seorang anak, mestinya mendapat pendidikan yang layak dari kedua orangtuanya. Baik pendidikan di lembaga pendidikan seperti sekolah dan madrasah, maupun pendidikan secara langsung di dalam rumah, misalnya pendidikan keteladanan yang baik.
Memang, yang namanya mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Butuh kesadaran dan kesabaran dalam melaksanakannya. Penanganan yang salah akan berimbas pada perilaku menyimpang sang anak. Saat anak menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan, ibu mulai kewalahan dan dengan sendirinya akan menjatuhkan hukuman kepada anak. Jika hukuman secara verbal dirasa tidak efektif, maka tidak jarang ibu akan melakukan tindakan kekerasan fisik (Selamatkan Keluargamu dari Broken Home!!!, halaman 198).
Memberikan hukuman kepada anak yang melakukan kesalahan sebaiknya memang tak perlu dengan kekerasan fisik. Juga tak perlu menggunakan kalimat atau kata-kata yang menyakitkan hati si anak, misalnya memaki atau mengucapkan kata-kata kasar yang hanya menyisakan sakit hati bahkan dendam yang sewaktu-waktu dapat meledak.
Kekerasan fisik, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 23 tahun 2004 pasal 5 huruf a, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Kekerasan fisik dapat terjadi dengan mencubit, menjewer telinga anak, menampar, menjambak rambut, meninju, memukul, menendang, membakar, menusuk, dan semacamnya. Meski tak dibenarkan, menghukum anak dengan kekerasan fisik masih kerap dilakukan dan dianggap sebagai sebuah peringatan pada anak agar tak lagi melakukan kesalahan (Selamatkan Keluargamu dari Broken Home!!!, halaman 200).
Mudah-mudahan, terbitnya buku Selamatkan Keluargamu dari Broken Home!!! (Saufa, 2015) karya Anindya Puspita ini dapat menjadi pembelajaran bagi para orangtua, tentang pentingnya menjaga keharmonisan dalam keluarga dan cara mendidik anak yang baik tanpa menggunakan kekerasan.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Solito: Kisah Anak Kecil yang Berjuang Menyeberangi Perbatasan
-
Mengupas Novel The Siren: Sudut Pandang Penulis dan Editor
-
Ulasan City of Ash and Red, Novel Thriller Psikologis yang Menyesakkan
-
Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia
-
Review Film Dont Lets Go to the Dogs Tonight: Hidup di Tengah Peperangan
Terkini
-
5 OOTD Y2K ala I.N Stray Kids yang Bikin Kamu Makin Kece dan Stylish
-
Penulis Supergirl Diincar untuk Garap Film Wonder Woman Versi DCU
-
Sword of the Sea akan Hadir! Jelajahi Dunia Magis di Atas Hoversword
-
Dapat Adaptasi Ganda, Intip Fakta Menarik Hirayasumi yang Bikin Terpikat
-
Cuci Muka tanpa Ketarik! 4 Rekomendasi Facial Wash Lokal dengan Ceramide