Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Novel "Me Vs Daddy".[dokumen pribadi]

Bicara tentang impian atau cita-cita, ada kisah menarik dalam novel “Me Vs Daddy” (2016) karya Sayfullan. Kisah yang dapat dijadikan sebagai bahan introspeksi dan pembelajaran bersama, tentang pentingnya memiliki dan mempertahankan cita-cita yang kita miliki. Cita-cita yang sesuai dengan minat atau bidang kita. Bukan cita-cita karena ikut-ikutan atau latah dengan cita-cita orang lain.

Menurut saya, memiliki cita-cita adalah hal yang sangat penting. Agar hidup kita menjadi lebih semangat. Agar kita memiliki tujuan hidup yang lebih terarah. Tak diombang-ambingkan oleh ketidakpastian. Coba kita bayangkan, bila kita tak memiliki cita-cita atau tujuan hidup, tentu kita seperti orang yang bingung, ibarat mau pergi bepergian tapi tak memiliki arah atau tujuan.

Dikisahkan, Karel adalah pemuda yang sangat minat terhadap dunia pastry atau perkuean. Bila merujuk Kompas.com (25/8/2020) pastry adalah salah satu jenis adonan yang biasanya dibuat dari campuran tepung, lemak, dan cairan. Kata ‘pastry’ sendiri berasal dari bahasa Perancis, ‘patisseri’, yang artinya kue.

Kegemaran Karel memasak beragam kue itu sebenarnya menurun dari almarhumah ibunya yang dulu pernah memiliki toko roti. Sayangnya, cita-cita Karel yang ingin menggeluti bidang pastry (dia ingin mendirikan kafe dan toko roti) ditentang keras oleh Marvin, ayahnya. Marvin yang adalah seorang pebisnis properti sukses, sangat ingin anak semata wayangnya itu menggeluti bidang yang sama dengannnya.

Sementara bagi Karel, menekuni bisnis properti itu sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Dia tak memiliki minat sedikit pun terhadap dunia properti. Dia hanya menyukai dunia pastry yang membuatnya bersemangat menjalani hidup. Dia berharap ayah mau membantunya dengan memberikan suntikan dana untuk mewujudkan cita-citanya itu.

Singkat cerita, ayah akhirnya mencoba berdamai dengan kenyataan. Marvin berusaha merestui cita-cita sang anak tapi dengan sebuah perjanjian yang membuat Karel semangat sekaligus cemas. Ya, Karel semangat karena dia akan segera mewujudkan cita-cita yang sesuai minatnya. Di sisi lain dia merasa cemas bila sampai gagal meraih cita-citanya, karena itu artinya dia harus mengikuti aturan main yang dibuat ayahnya. Kalau sampai gagal, artinya dia harus melanjutkan bisnis properti Marvin. Tak hanya itu, dia juga akan didenda oleh ayahnya sebesar setengah miliar rupiah.

Kisah Karel yang begitu gigih ingin memperjuangkan cita-citanya dalam novel “Me Vs Daddy” karya Sayfullan menyelipkan pesan penting kepada setiap orangtua, bahwa memaksa anak agar memiliki cita-cita yang sama persis dengan orangtuanya adalah sebuah kekeliruan. Sebab, setiap anak itu terlahir dengan membawa bakat dan minatnya masing-masing. Harusnya, selagi cita-cita yang ingin diraih oleh anaknya itu bernilai positif, orangtua harus berusaha mendukung dan menyemangatinya.

Sam Edy Yuswanto