Kita tentu sudah sangat sering membaca karya sastra, khususnya karya sastra fiksi. Karya sastra fiksi memanglah bersifat khayalan atau imajinasi. Namun, bukan tidak mungkin karya sastra tersebut merujuk pada suatu kejadian tertentu.
Para pengarang karya fiksi tidak semata-mata mengandalkan imajinasinya saja. Mereka tentu mengangkat kenyataan atau kejadian yang ada di sekitar, dan menyajikannya lewat bahasa fiksi. Adapun sebagian pengarang karya fiksi yang mengangkat kejadian lewat bahasa fiksi atau imajinasi dan kemudian menyajikannya kepada para pembacanya hanya sebagai suatu cerita semata, tanpa mendorong para pembacanya untuk merenungkan isu-isu yang ada di dalam cerita tersebut.
Kita tentu sudah pernah bersinggungan langsung dengan kedua macam karya sastra tersebut. Kita tentu sudah pernah membaca novel atau cerita roman, dan puisi atau drama yang bergenre percintaan.
Karya sastra ada dua macam tingkatannya, yakni karya sastra serius dan karya sastra hiburan. Karya sastra serius, adalah karya sastra yang berupa fiksi, tetapi mendorong pembacanya untuk merenungkan atau menafsirkan isu-isu yang menjadi isi dari karya sastra tersebut.
Sedangkan karya sastra hiburan adalah suatu karya sastra yang diciptakan hanya sebagai 'pelarian' dari kebosanan atas kehidupan. Dalam karya sastra jenis ini, para pembaca tidak perlu menafsirkan ulang apa yang menjadi isi dari cerita tersebut. Sebab memang sang pengarang tidak menghendaki adanya suatu 'perbedaan tafsir'.
Selain itu, pada isi karya sastra serius juga menggunakan bahasa atau cara penyampaian yang terkadang sulit untuk dicerna, baik menggunakan gaya bahasa baku maupun tidak. Hal ini bertujuan agar para pembacanya terdorong untuk 'berpikir'. Sebab dengan berpikir, para pembacanya akan berusaha untuk kemudian menafsirkan ulang isu-isu yang ada di dalam cerita tersebut.
Sebaliknya untuk karya sastra hiburan, isi karyanya acapkali menggunakan penyampaian yang mudah dicerna, baik menggunakan gaya bahasa baku maupun tidak baku. Hal tersebut bertujuan agar para pembacanya tidak perlu memusingkan atau memikirkan ulang isi dari karya tersebut, biarlah alur cerita dan amanat cerita disampaikan secara gamblang.
Itu tadi ulasan mengenai dua jenis karya sastra menurut tingkatannya. Tentu dari kedua jenis karya sastra tersebut memiliki penggemarnya masing-masing.
Baca Juga
-
Ulasan Film Never Back Down: Kisah Remaja yang Mendalami Mix Martial Arts
-
Ulasan Film Warrior: Kisah Kakak-beradik yang Kembali Bertemu di Atas Ring
-
Ulasan Film Unbroken: Kisah Atlet Olimpiade yang Menjadi Tawanan Perang
-
Ulasan Film The Fighter: Kisah Seorang Pria Meraih Gelar Juara Tinju Dunia
-
Ulasan Film Rocky: Kisah Petinju Lokal Meraih Kesuksesan di Dunia Tinju
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Like Mother, Like Daughter: Pencarian di Balik Hilangnya Ibu
-
Ulasan Novel A Man Called Ove: Perjalanan Pria Tua yang Menggugah Hati
-
Ulasan Novel The Last Love Note: Mengikhlaskan Cinta dan Menemukan Harapan
-
Novel The Good Part: Makna Perjuangan yang Menjadikan Hidup Lebih Sempurna
-
Menyelami Isu Gender, Kemanusiaan, dan Sosial Politik dalam Novel Saman
Ulasan
-
5 Rekomendasi Buku untuk Belajar Mindfulness ala Orang Jepang, Wajib Baca!
-
Ulasan Novel Like Mother, Like Daughter: Pencarian di Balik Hilangnya Ibu
-
Review Anime Sakamoto Days, Mantan Pembunuh Bayaran Jadi Bapak Rumah Tangga
-
Kisah Cinta Terlarang Membuka Pintu bagi Ekowisata Gunung Tangkuban Perahu
-
Gemes Banget! Romansa Sederhana Anak Sekolahan di Manga Futarijime Romantic
Terkini
-
Masuki Fase Krusial, Bagaimana Aturan Kelolosan Babak Grup Piala Asia U-17?
-
3 Pencapaian Indonesia yang Bisa Bikin Malu Korea Selatan di AFC U-17, Pernah Kepikiran?
-
Kang Daniel Terjebak dalam Hubungan Cinta yang Menyakitkan di Lagu 'Mess'
-
Masuk Daftar Top Skor AFC U-17, Evandra Florasta Terbantu Kelebihan Mental Reboundnya
-
Zahaby Gholy, Pembuka Keran Gol Timnas U-17 dan Aset Masa Depan Persija