Buku pertama dari seri Stravaganza karya Mary Hoffman ini akan membawamu kembali ke abad 16. Masa di mana peradaban sangat berbeda dengan zaman sekarang. Novel ini menceritakan tentang seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun yang mengidap kanker. Remaja tersebut bernama Lucien dan tinggal di Inggris pada abad ke-21.
Suatu ketika, ayahnya memberi sebuah buku catatan agar Lucien bisa menulis apa yang ia butuhkan. Sebab, Lucien sulit berbicara setelah beberapa kali melakukan kemoterapi. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Buku yang diberikan ayah Lucien, membawa remaja itu ke Italia di abad ke-16.
Di sana Lucien bertemu dengan seorang gadis remaja bernama Ariana yang bersembunyi agar tidak ikut pulang ke Torrone, setelah pesta Pernikahan dengan Laut usai. Mereka bertemu di hari Giornata Vietata atau satu hari setelah pernikahan dengan Laut. Hari Giornata Vietata sendiri adalah hari di mana hanya orang Belleza yang boleh berada di daerah tersebut selama sehari penuh. Jika ketahuan, mereka akan diberikan sanksi yang berat.
Perjalanan Lucien bermula dari sana. Ia bertemu dengan Signora Rodolfo, yakni senator senior di Belleza. Cerita ini dikemas dengan baik sehingga pembaca dapat membayangkan seperti apa Mandola yang menjadi transportasi di sana. Mary Hoffman juga menjelaskan secara detail, tetapi dengan porsi yang pas seperti apa suasana dan bangunan yang ada di Italia pada zaman itu.
Secara keseluruhan, cerita ini sangat menarik. Konflik yang disuguhkan sangat menantang dan banyak teka-teki yang cukup membuat kening mengerut. Hanya saja, saya sangat menyayangkan bagian ending cerita ini. Saat di mana Lucien akhirnya dinyatakan meninggal dunianya di Inggris karena ia disekap oleh seseorang di Belleza, sehingga ia tidak bisa kembali ke dunianya.
Di sini, saya tidak merasakan adanya kesedihan mendalam dari Lucien sendiri. Mary Hoffman menggambarkan Lucien sebagai remaja yang tampak biasa saja saat tahu ia tidak bisa kembali ke dunia asalnya. Cerita ini akan lebih menarik jika Lucien lebih terluka atas kejadian buruk yang menimpanya.
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
Ulasan
-
Waduk Bening Widas, Bendungan yang Merangkap Jadi Tempat Wisata di Madiun
-
Ulasan Novel What Happens in Amsterdam: Kesempatan Kedua di Kanal Amsterdam
-
Review Film The Dark House: Masih Tayang di Bioskop Gaes, Sini Kepoin!
-
Menelusuri Pulau Rahasia Bersama Widdershins di Novel a Sprinkle of Sorcery
-
Review Film Sunlight: Kisah Emosional di Balik Kostum Monyet
Terkini
-
Kenalan Sama Chromebook: Laptop yang Beda dari Biasanya
-
Hadiah Juara Piala Presiden 2025 Rp5,5 Miliar, Besar Mana dengan Kampiun Liga 1 dan Liga 2?
-
Kulit Auto Bersih dari Makeup! 4 Cleansing Oil Harga Pelajar Cuma Rp70 Ribu
-
Sop Iga Sapi Warisan Mama, Pelajaran Kasih dalam Semangkuk Kuah Hangat
-
Anti-Bosan! 4 Ide Outfit Monokrom ala Sheon BILLLIE yang Klasik dan Stylish