Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Cara Keren Nulis Cerpen" (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, cerita pendek atau cerpen adalah salah satu jenis tulisan atau karya fiksi. Meski karya fiksi, cerpen tak lahir begitu saja dari ruangan hampa. Ia hadir dari sederet pengalaman yang dialami atau dilihat oleh para penulisnya. Ia juga lahir dari beragam kejadian yang jamak terjadi di tengah masyarakat luas.

Ini artinya, ketika kita ingin menulis karangan berupa cerpen, tidak boleh asal-asalan. Ada penjelasan menarik yang saya temukan dalam buku karyangan Budi Maryono, judulnya Cara Keren Nulis Cerpen (terbitan Gigih Pustaka Mandiri, 2008). Begini petikan penjelasannya:

Ini pelajaran dasar fiksi di semester awal fakultas sastra: nggak ada (ide) puisi, cerpen, atau novel yang makgedabruk jatuh dari langit. Sastra nggak hadir dari atau di ruang kosong. Selalu ada konteks sosial, politik, ekonomi atau lebih luas lagi budaya yang “melingkunginya”. 

Intinya: fiksi emang khayalan, tapi khayalan yang nggak lepas dari kenyataan. Karakter dan perilaku orang-orang di sekitar kita, bahkan karakter dan perilaku diri sendiri, bisa jadi bahan mentah fiksi—cerpen, drama, novel atau skenario. Begitupun kejadian atau pengalaman, baik diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang yang bercita-cita menjadi pengarang atau penulis, maka ia harus membekali diri dengan banyak membaca (beragam jenis buku bacaan). Bila belum memiliki kebiasaan ini, maka mulailah untuk membiasakannya. Mungkin dengan menjadwal secara rutin kegiatan membaca setiap harinya. Beragam sumber bacaan yang kita baca itulah yang akan semakin mempertajam tulisan kita nantinya.

Budi Maryono menjelaskan, membaca adalah salah satu cara mengasah mata pengarang: mata yang bisa melihat “sesuatu” di balik wajah seseorang, di balik peristiwa. Mata yang akan mendorong kita untuk berandai-andai atau mengandaikan apa pun yang bisa jadi sangat jauh dari kenyataan.

Seriusnya begini. Di luar kehidupan kita yang mungkin biasa-biasa saja, ada (banyak peristiwa) kehidupan “spektakuler” yang sedang dijalani orang lain. Dari kehilangan motor sampai pacar. Dari kebanjiran, kebakaran, sampai dirazia dan ditangkap aparat keamanan. Dari tak punya pekerjaan sampai tak bisa makan. Aneka kejadian dalam kehidupan orang lain itu bisa kita serap dari bacaan (koran, majalah, atau buku). Dalam proses itu, selain memperkaya kosakata, tanpa sadar kita mengisi memori di kepala dengan aneka peristiwa yang jauh dari kehidupan kita sendiri (Cara Keren Nulis Cerpen, halaman 30).

Buku Cara Keren Nulis Cerpen karya Budi Maryono ini semoga bisa menjadi salah satu bahan rujukan bagi para pembaca yang ingin menekuni dunia kepenulisan, khususnya genre fiksi. 

Sekadar catatan penting, hindari yang namanya plagiasi dalam dunia kepengarangan yang sedang kita tekuni. Apa pun alasannya, plagiasi atau tindakan menjiplak karya orang adalah termasuk hal yang dilarang dan tercela. Karenanya harus kita jauhi. Semoga ulasan ini bermanfaat.

Sam Edy Yuswanto