Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Pada Suatu Senja Aku Jatuh Cinta" (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Bagi pasangan suami istri, selalu berusaha menjaga keharmonisan rumah tangga menjadi sebuah hal yang niscaya. Tanpa keharmonisan, tentu rumah tangga yang dibangun tak akan kokoh dan rentan berujung perpecahan. 

Menjaga keharmonisan tentu banyak ragamnya. Salah satunya dengan berusaha memahami dan menghormati karakter masing-masing. Termasuk saling menghargai pendapat, ide, dan hobi masing-masing pasangan. 

Ada satu cerita menarik berjudul Seprai yang pernah saya baca dalam buku Pada Suatu Senja Aku Jatuh Cinta. Buku ini sebenarnya berisi kumpulan cerita pendek karya Maya Lesatri Gf. Namun, dari sekian banyak cerita yang ditampilkan, ada satu cerita yang menarik untuk diulas di sini, berkaitan dengan kehidupan rumah tangga yang rawan percekcokan bila tak ada saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Cerita berjudul Seprai berkisah tentang sepasang suami istri yang hanya gara-gara masalah yang tampak sepele, tapi keduanya lantas beradu mulut alias bertengkar. Semua bermula dari selera masing-masing yang bertolak belakang. Misalnya, dalam urusan peralatan dapur, istri lebih menyukai yang warna-warni alias semarak. Sementara suami justru tak menyukainya. Berikut saya petik sedikit paragrafnya:

Suamiku ingin kami punya piring makan ceper dengan sangat sedikit hiasan, sementara aku ingin sebaliknya. Bagiku, alangkah indah dan mengesankannya jika piring makan berbunga-bunga dan tidak ceper, jadi, jika makan sup, cukup banyak kuah yang bisa ditampung di piring itu. Menurutku, peralatan makan perlu berwarna cerah untuk merangsang selera makan. Tapi, suamiku tidak sependapat. Katanya warna-warni itu tak perlu. Bukankah lauk-pauk sudah berwarna-warni dengan cabai? Buat apa ditambah lagi dengan warna piring? Merusak selera makan saja, katanya.

Puncaknya, ketika sang istri membeli sebuah seprai yang menurutnya bagus. Yakni berwarna merah jambu bergambar rangkaian bunga-bunga kecil di permukaannya. Begitu seprai dibentangkan, tampak indah sekali kamar itu jadinya. 

Sayangnya, suami tak menyukainya. Ia bahkan terlihat marah dengan warna pilihan istrinya. “Seprai kampungan dari mana ini?” tanyanya dengan nada tinggi, “belum pernah aku melihat seprai senorak dan setidakmenarik ini sebelumnya!”

Singkat cerita, suami meminta istri menukar seprai tersebut dengan seprai pilihan suaminya. Malamnya, istrinya ngambek. Tak mau tidur di atas seprai yang telah dibentangkan di kamarnya. Percekcokan pun kembali terjadi. 

Menarik sekali membaca cerita berjudul Seprai dalam buku ini. Terlebih ending-nya benar-benar di luar dugaan. Karena berakhir dengan bahagia. Dari cerita tersebut dapat dipetik sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya antara suami-istri saling menghargai pendapat, ide, hobi, dan lain sebagainya. Agar keharmonisan dalam rumah tangga selalu terjaga.

Sam Edy Yuswanto