"... profesi saya telah diciptakan oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, yang di bumi ini dan yang di alam baka. Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu, dan bahwa tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi pelacur yang bebas daripada isteri yang diperbudak." (halaman 133).
Perempuan di Titik Nol merupakan karyatama Nawal el Saadawi. Awalnya ditulis dalam bahasa Arab. Namun, disensor di Mesir, negeri asal karya ini lahir, dan ditolak beredar di Saudi Arabia. Akan tetapi, ketika diterjemahkan ke bahasa Inggris, justru merebut perhatian khalayak.
Perempuan di Titik Nol menceritakan liku-liku kehidupan Firdaus, perempuan muda yang menjadi pelacur kelas atas di Kairo, Mesir. Mula-mula, Firdaus dibesarkan di keluarga miskin buta huruf. Sejak kecil, dia mendapatkan ragam diskriminasi hanya karena jenis kelaminnya perempuan.
Ketika tinggal bersama pamannya yang termasuk golongan terpelajar, dia kembali bertubi memperoleh diskriminasi serupa. Istri paman malahan membenarkan diskriminasi terhadap perempuan, di antaranya memukuli perempuan yang dianggap membangkang suami, dengan keyakinan memang sudah mestinya seperti itu. "Agama" membenarkan perbuatan tersebut.
Firdaus semakin lama semakin kritis mendapati diskriminasi terhadap kaum wanita. Untuk itu, dia gigih belajar, dengan pikiran, pendidikan tinggi akan mengubah nasib kaumnya. Kenyataannya, dia mendapat banyak rintangan guna menggapai keinginan tersebut.
Firdaus sampai kepada kesimpulan, bahwa perempuan dipandang laki-laki tak ubahnya segumpal daging untuk dinikmati dan diperbudak. Untuk itu, tidak dibutuhkan kecerdasan.
Demikianlah. Firdaus dijerumuskan oleh lingkungannya, menjadi pelacur. Dengan kegigihan dan kekeraskepalaan, Firdaus melejit menjadi pelacur kelas atas. Pelanggannya adalah politikus, diplomat, dan orang-orang berkuasa.
Hingga suatu ketika, datang laki-laki yang mengambil kuasa Firdaus atas dirinya sendiri. Dia mendaulat dirinya menjadi germo Firdaus.
Firdaus marah dan membunuh pria itu. Dia dijebloskan ke penjara dengan hukuman mati. Dokter penjara membujuk Firdaus mengajukan grasi kepada presiden, yang langsung ditolak mentah-mentah perempuan itu.
Melalui novel ini, Nawal el Saadawi mencoba membuka pikiran pembaca akan kepincangan dan ketidakadilan dalam dunia patriarki. Saadawi mengajak pembaca untuk memikirkan dengan serius berbagai kezaliman yang masih menimpa perempuan di belahan dunia manapun akibat dominasi dan ketidakpedulian laki-laki.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Petualangan Terakhir Ivan dan Kawan-Kawan di Novel The One and Only Family
-
Ulasan Novel Kembali Bebas: Ketika Cinta Tak Lagi Cukup di Usia Senja
-
5 Drama China Diadaptasi dari Novel Shi Si Lang, Ada The Eternal Fragrance
-
Di Balik Kebaya dan Upacara Seremonial: Apa yang Sebenarnya Kita Rayakan?
-
Merayakan Kartini, Merayakan Literasi Perempuan Indonesia
Ulasan
-
Review Film Santosh: Melihat Borok Institusi Lewat Mata Sosok Polisi
-
Petualangan Terakhir Ivan dan Kawan-Kawan di Novel The One and Only Family
-
Petualangan Magis di Dunia Roh dalam Film Spirited Away
-
Memeluk Diri Apa Adanya, Pesan Hangat Lagu "Just Right" GOT7
-
Ulasan Novel Kembali Bebas: Ketika Cinta Tak Lagi Cukup di Usia Senja
Terkini
-
Sinopsis Film Secret Untold Melody: Melodi Rahasia yang Menyatukan Dua Hati
-
Tak Ada Pemain Utama Timnas di ASEAN All Stars, Skuat Garuda Terhindar dari Kerugian Besar!
-
Kupas Alasan Sistem Pilih Jinwoo Jadi Wadah Shadow Monarch di Solo Leveling
-
Jelang Sidang Pertama, Taeil Dikritik Usai Tertangkap Minum Bersama Teman
-
Menembus Kiamat! Mengarungi Makna Lirik Lagu "Armageddon" dari Aespa