Penance adalah salah satu karya laris Minato Kanae. Novel ini sudah dialihwahanakan ke layar televisi menjadi cerita bersambung dengan judul serupa.
Penance menceritakan pembunuhan Emily, gadis cilik yang dihabisi di sebuah desa yang tenang dan berudara bersih. Pembunuhan tersebut terjadi lima belas tahun lalu. Waktu itu, Emily tengah bermain di halaman sekolah, saat masa liburan, bersama empat anak perempuan lain.
Saat tengah asyik bermain, seorang laki-laki asing mendekat dan minta salah seorang membantunya memasangkan lampu di dekat aula sekolah. Emily pergi menolong. Dia berdua saja dengan laki-laki itu, tanpa rasa curiga.
Menjelang senja, tatkala empat teman Emily, masing-masing bernama Sae, Maki, Akiko, dan Yuka, akan pulang, barulah mereka mencari anak pindahan itu. Ketika masuk aula, tampak Emily tergeletak tak bernyawa.
"Kaus hitam ketat dengan tulisan alfabet Barbie di bagian dadanya diangkat tinggi hingga tak terlihat tulisannya, memperlihatkan perut putih Emily-chan dan dadanya yang mulai mengembang. Rok lipit merah kotak-kotak yang dia kenakan juga diangkat, mempertontonkan tubuh bagian bawahnya yang tidak mengenakan celana dalam." (Penance, halaman 28).
Keempat kawan main Emily tidak dapat memberikan kesaksian berarti mengenai pembunuhan dan pelakunya. Akibatnya, penyelidikan mandek.
Ibu Emily tidak terima. Dia memanggil Sae, Maki, Akiko, dan Yuka ke rumahnya dan mengancam mereka.
"Temukan pelakunya sebelum kasusnya kedaluwarsa atau ganti rugi dengan cara yang bisa kuterima. Jika tidak, aku akan membalas dendam kepada kalian." (Penance, halaman 304).
Keempat anak perempuan tersebut tumbuh dewasa dengan menanggung beban dan trauma. Keduanya mengganggu tumbuh kembang mereka hingga satu persatu tragedi memilukan terjadi secara beruntun.
Penance tidak setajam Confessions, novel pendahulunya. Tetapi Penance lebih menjijikkan dan membikin mual.
Sama seperti Confessions, Penance menyajikan alur yang tidak linear. Dalam tiap-tiap bab, masing-masing tokoh bercerita dari sudut pandang masing-masing, yakni dari sudut pandang Sae, Maki, Akiko, Yuka, dan ibu Emily. Lagi, sama seperti Confessions, Penance juga menyuguhkan akhir teka-teki serupa ledakan, terutama berkaitan pelaku pembunuhan Emily. Tidak menyangka tapi tetap masuk akal.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
4 Padu Padan Outfit Warna Putih ala Bona WJSN yang Kece Buat Hangout!
-
Ditanya Malam Pertama Setelah Menikah, Amanda Manopo: Kita Coba Hari Ini!
-
Sinopsis Light of Dawn, Drama China yang Dibintangi Zhang Ruo Yun
-
Bunda Maia Beri Pesan Hidup pada Marshanda dan Maria Theodore: Pengalaman?
-
Gagal Redam Lawan, Bukti Skema Dua Bek Tengah Tak Cocok di Timnas Indonesia