Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku Parade Kisah Pengguna Taksi dan Ojek Online.[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Ada banyak kisah beragam yang dialami oleh para pengguna taksi dan ojek online. Mulai dari yang manis hingga yang pahit. Buku antologi berjudul Parade Kisah Pengguna Taksi dan Ojek Online merangkum kisah mereka, orang-orang yang pernah menggunakan taksi dan ojek online sebagai sarana transportasi.

Salah satu kisah yang menarik disimak dalam buku terbitan Diva Press (2018) tersebut berjudul Foto di Atas Dasbor, ditulis oleh Hanny Dewanti. Ia memaparkan pengalamannya saat terpaksa naik taksi online. Sebagai cewek rumahan yang sangat jarang keluar rumah, taksi online adalah hal asing baginya. 

Apalagi setelah maraknya berita tentang pelecehan seksual atau tindak kekerasan yang terjadi di dalam taksi online membuat Hanny menghindari menggunakannya. Namun, ia dihadapkan pada keterpaksaan saat harus pergi ke Jakarta seorang diri untuk menghadiri kelas menulis yang diadakan sebuah penerbit. Ia harus naik taksi online dari rumah teman, tempat menginap menuju bandara agar bisa sampai di bandara tepat waktu.

Singkat cerita, Hanny pun akhirnya menggunakan taksi online sambil banyak-banyak berdoa dalam hati. Di dalam mobil ia mencium aroma kopi yang kuat. Dan yang membuat Hanny bernapas lega adalah foto dua anak perempuan tertawa di atas dasbor. Foto yang diduga Hanny adalah anak dari si sopir taksi. Tak lama kemudian, sopir tersebut ditelepon oleh anaknya dan ditanya “kapan ayah pulang”.

Selanjutnya, percakapan tak terelakkan pun terjadi antara Hanny dan lelaki sopir taksi online tersebut. Sopir tersebut bercerita bahwa dari kemarin belum pulang. “Saya kerja, Mbak, dari kemarin. Lumayan, Mbak. Dari semalam ada banyak pelanggan. Kerja semalam bisa buat bayar kontrakan, Mbak. Kalau dapat uang lagi hari ini bisa buat bayar sekolah anak-anak,” ujarnya.

Ternyata, sopir tersebut orang yang baik dan bertanggung jawab. Ia terpaksa menjalani profesi sebagai sopir taksi online setelah dipecat dari kantor tempatnya bekerja. 

“Saya terpaksa nyopir, Mbak. Saya sudah tiga bulan nganggur habis dipecat dari kantor. Biasa, Mbak. Rasionalisasi. Ekonomi lagi ambruk. Tinggal di Jakarta tapi nggak kerja itu sama saja dengan bunuh diri, Mbak,” ucap lelaki sopir taksi online.

Cerita lelaki sopir taksi sontak mengingatkan Hanny pada suaminya sendiri. Suaminya juga harus rela bekerja di tempat yang memiliki jam kerja melebihi batas normal karyawan demi bisa memberikan sesuatu yang lebih untuk istri dan anaknya. 

Saat tiba di tujuan, Hanny memberikan uang lebih kepada sopir taksi tersebut. Hanny membuka dompet dan memberikan semua lembaran merah yang ada di dalamnya kepada sopir taksi yang cinta keluarga tersebut.

“Mbak, ini kebanyakan,” ucap sopir taksi terkejut.

Hanny menggeleng. “Nggak, Pak. Ini bukan untuk Bapak. Ini untuk waktu yang sudah Bapak habiskan di luar rumah untuk cari uang buat keluarga. Bapak pulang, ya. Istirahat. Jangan sampai kejadian hal buruk karena Bapak memaksakan diri. Dua anak cantik itu nggak akan bisa tersenyum lagi kalau Bapak nggak pulang,” Hanny mengucapkan kalimat itu sambil menangis.

Kisah-kisah para pengguna taksi dan ojek online (yang ditulis oleh banyak penulis berbeda) dalam buku ini bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran berharga untuk kita semua. Selamat membaca.

Sam Edy Yuswanto