Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku "Brilian 60, Menyikapi Hidup dengan Brilian". (Dok. pribadi/ Samedy)

Saya merasa yakin, kalau hati yang riang dan gembira akan melahirkan kegembiran pada orang-orang di sekitar kita. Bila hati kita gembira maka akan berdampak pada perilaku dan gesture dan perilaku kita. Hati riang biasanya akan melahirkan perilaku positif. Hal inilah yang akan menular ke orang lain.

Saya ambil contoh, ketika kita bertemu orang lain dengan wajah cerah dan senyum terkembang dari kedua sudut bibir, orang tentu akan menyambutnya dengan wajah serupa. Keramahan yang kita pancarkan kepada orang lain biasanya juga akan membuat orang tersebut bersikap senada dengan kita. 

Demikian juga saat kita sedang beraktivitas. Setiap hal positif yang kita kerjakan, bila kita melakukannya dengan hati riang dan wajah terang, maka hasilnya pun akan memuaskan. Pekerjaan yang mulanya terasa berat dan melelahkan, akan terasa lebih ringan karena kita melakukannya dengan penuh keceriaan. 

DR. H. Briliantono M. Soenarwo dalam buku Brilian 60, Menyikapi Hidup dengan Brilian menuturkan: “Entah mengapa, sejak dulu, saya selalu melakoni semua aktivitas dengan perasaan senang. Saya selalu mempunyai alasan untuk bersenang-senang. Seperti anak-anak yang sedang bermain. Apa pun permainan mereka, pasti mereka melakukannya dengan senang. Mereka main layang-layang dengan senang, main sepeda atau mobil-mobilan juga demikian. Main boneka dan masak-masakan dengan senang. Bahkan berlari-larian dan saling kejar pun mereka jalani sambil tertawa-tawa riang. Benar-benar mengasyikkan.”

Dalam menjalani hidup ini, kita perlu adanya keseimbangan. DR. H. Briliantono menjelaskan, agama, khususnya Islam, mengajarkan kita hidup secara seimbang antara aspek jasmaniah dan rohaniah. Jangan sampai kita habis-habisan mengejar kehidupan akhirat, sampai lupa kalau hidup di dunia sangat membutuhkan materi. Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Qashshash 28:77 dijelaskan, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”.

Itu artinya, materi (berupa harta atau uang) juga penting dalam kehidupan kita, karena materi dapat menjadi penunjang kebutuhan rohani kita. Misalnya, pakaian yang baik dan tempat ibadah yang bersih dan nyaman, dapat mengantarkan kita pada kekhusyukan ibadah (halaman 109).

Buku genre motivasi ini layak dibaca. Semoga bisa menyemangati kita agar bisa menyikapi hidup dengan brilian.

***

Sam Edy Yuswanto