Hidayah bisa datang kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah Swt. Karena kita tak tahu kepada siapa saja hidayah itu datang, maka tugas setiap orang adalah berusaha menjemput hidayah tersebut.
Bicara tentang hidayah, kita bisa menyimak kisah mereka; orang-orang yang mendapatkan hidayah dalam buku “Mualaf: Kisah Para Penjemput Hidayah”, karya Steven Indra Wibowo.
Salah satu orang yang berhasil mendapat hidayah dalam buku ini adalah Ahui. Ia memperoleh hidayah tersebut justru melalui serangkaian mimpi. Usia 39 adalah awal pria keturunan Tionghoa ini mengalami serangkaian peristiwa yang akhirnya membawanya pada Islam. Saat itu, ia bermimpi memasuki sebuah gedung dan mengaji di dalam gedung tersebut. Namun, ia tak berpikir bahwa mimpi itu istimewa dan ia pun mengabaikannya.
Selang satu bulan, Ahui kembali bermimpi. Kali ini ia menyuarakan adzan di atas Ka’bah. Seperti dalam mimpi pertama, ia juga tak menghiraukannya. Sebulan kemudian, dalam tidurnya ia bermimpi dirinya berwudhu dan mengucap kalimat syahadat. Ini kali ketiga ia bermimpi hal yang berkaitan dengan Islam tapi ia tetap tak terusik dan menganggap semuanya sekadar kembang tidur.
Ketika mimpi-mimpi itu datang, Ahui sedang mencoba peruntungan dalam wirausaha yang ia rintis sejak muda. Bukan mendapat untung, ia merugi terus hingga bangkrut. Semua harta bendanya habis dan kondisinya saat itu sangat menyedihkan. Tahun berikutnya, 1998, istrinya sakit keras dan divonis mengidap kanker stadium empat. Selang beberapa bulan, istrinya meninggal dunia. Sebelum sakit, rupanya istri Ahui pernah bermimpi membawa kitab Al-Qur’an, tetapi kitab itu terjatuh.
Ahui tak bisa mengabaikan rentetan peristiwa yang ia alami. Ia mencoba mengaitkan satu demi satu kejadian tersebut. Singkat cerita, ia merasa terdorong untuk mencari tahu tentang Islam. Ia mendatangi para ustadz dan berdiskusi tentang Islam. Bahkan ia juga mendatangi beberapa ahli agama. Tak lupa, ia juga membaca buku mengenai Islam meski tak banyak.
Setelah lebih kurang selama tiga tahun mencari tahu tentang Islam, Ahui memutuskan untuk memeluk agama Islam pada akhir Februari 2001. Dari sinilah ia mulai menyusun hidupnya.
Tentu masih banyak kisah menarik tentang orang-orang yang mendapatkan hidayah Tuhan dalam buku ini. Misalnya, kisah Faustino yang akhirnya memeluk Islam, padahal sebelumnya ia pernah beradu mulut dengan seorang muslim bahkan sempat melempari mushala dengan batu.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah para mualaf dalam buku karya Steven Indra Wibowo ini.
***
Baca Juga
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
-
Ulasan Buku Sabar tanpa Batas, Memaknai Hidup dengan Bijaksana
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Ulasan Buku Gaga dan Ruri: Ajari Anak agar Tidak Mengambil Milik Orang Lain
-
Mengulik Misteri Denah Rumah Tak Lazim Lewat Buku Teka-Teki Rumah Aneh
-
Muhammadiyah Usul Definisi Ulang Istilah Mualaf, Tidak Berlaku Seumur Hidup?
-
Ulasan Novel 'Ranah 3 Warna', Buah dari Kesabaran dalam Meraih Cita-cita
Ulasan
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Ulasan Buku Gaga dan Ruri: Ajari Anak agar Tidak Mengambil Milik Orang Lain
-
Mengulik Misteri Denah Rumah Tak Lazim Lewat Buku Teka-Teki Rumah Aneh
-
Ulasan Novel Waktu Aku Dilayoff: Kisah saat Menghadapi Kehilangan Pekerjaan
-
Ulasan Novel Home Sweet Loan:Impian di Tengah Tantangan Finansial
Terkini
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
-
3 Rekomendasi Drama China yang Dibintangi Cheng Yi, Terbaru Ada Deep Lurk