Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku Teman Terbaik.[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang diajarkan dalam Islam. Misalnya sabar dalam menjalani ketaatan atau ibadah, sabar dalam menghadapi ujian atau cobaan, dan lain sebagainya. 

Dengan kesabaran, kita akan mendapatkan sederet keuntungan. Salah satu keuntungannya ialah kita jadi bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa memberikan dampak buruk bagi kehidupan kita. 

Ada kisah menarik yang mengajarkan tentang pentingnya memupuk kesabaran dalam diri. Kisah tersebut saya temukan dalam buku antologi berjudul Teman Terbaik yang ditulis oleh para penulis muda Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Indiva Media Kreasi tahun 2022. 

Salah satu cerpen yang akan saya ulas yang berhubungan dengan kesabaran berjudul ‘Dua Mantra Ajaib Bunda’ karya Ardelia Zahra Nurulfadhilah. Kisah bermula ketika Sarah berada di dalam kelas dan merasa deg-degan menunggu hasil ulangan Matematika dibagikan oleh gurunya. Ternyata nilainya di bawah KKM. Sarah hanya mampu mendapatkan nilai 30 yang ditulis dengan warna merah.

Sementara yang mendapatkan nilai Matematika tertinggi adalah Lasmi. Ia mendapatkan nilai yang sangat sempurna yakni 100. Sarah memang mengakui bahwa ia bukan anak pintar dalam hal akademik. Yang ia kuasai hanyalah olahraga. Ia bisa naik kelas karena akhlaknya yang menurut gurunya ‘sangat baik’ dan karena prestasinya di bidang olahraga.

Ibunya Sarah memberikan dua mantra ajaib untuk membantu Sarah dalam belajar, agar ia menjadi anak yang sukses di masa depan. Dua mantra tersebut ternyata berupa kalimat motivasi. Pertama, man jadda wajada. Yang artinya, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Kedua, man shabara zhafira, yang artinya siapa yang sabar akan beruntung.

Tak lupa, ibu juga mengajarkan Sarah agar berdoa. Jadi, selain harus berusaha dengan sungguh-sungguh, Sarah juga harus berdoa. Karena berusaha tanpa berdoa itu seperti orang yang sombong. Dia seperti tak membutuhkan bantuan Tuhannya. Tapi, doa tanpa usaha juga sia-sia,. Karena itu adalah orang yang malas. Dia malas untuk berusaha dan hanya mengandalkan doa. Intinya, doa dan usaha yang sungguh-sungguh harus seiring sejalan.  

Singkat cerita, Sarah akhirnya dapat meningkatkan prestasinya. Meskipun belum menjadi siswa terbaik, tapi setidaknya ia telah berhasil meraih ranking kedua. Kisah Sarah dalam buku ini semoga dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca, khususnya kaum muda, agar bersungguh-sungguh dan bersabar dalam meraih sesuatu. Jangan lupa, iringi juga setiap usaha kita dengan doa, memohon pada Allah Swt. agar apa yang kita cita-citakan berhasil kita wujudkan.

Sam Edy Yuswanto