Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku “Ayah dan Ibu Akan Selalu Ada Untukmu” (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Berbakti pada kedua orangtua merupakan hal yang harus selalu kita upayakan. Saat kedua orangtua kita masih hidup, berusahalah menjaga perasaannya, jangan gemar menyakiti atau melukai perasaannya. 

Ketika ayah dan ibu kita telah tiada, bakti yang bisa kita lakukan ialah mendoakan kebaikan mereka berdua, semoga diampuni segala dosa dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Selain berdoa, perbanyak juga bersedekah atau melakukan hal-hal baik dengan mengatasnamakan kedua orangtua kita. Semoga hal tersebut dapat bermanfaat untuk kedua orangtua kita yang telah tiada.

Sebagai anak, jangan sampai kita mengabaikan keberadaan orangtua kita. Terlebih bila usia mereka sudah kian menua, apalagi yang orangtuanya sakit-sakitan. Berusahalah menjaga dan mendampingi mereka. Bagi yang berada di perantauan, sempatkanlah untuk mengunjungi orangtua, menyisihkan sebagian harta untuk menyenangkan mereka, dan hal-hal lainnya yang pada intinya sebagai balas jasa kita kepada mereka yang telah membesarkan dan mendidik kita hingga dewasa.

Ada sebuah ungkapan menarik dalam bukuAyah dan Ibu Akan Selalu Ada Untukmu” karya Robi Afrizan Saputra. Ungkapan bijak yang bisa menjadi renungan bagi para pembaca agar jangan pernah melupakan keberadaan kedua orangtua. Berikut kutipan ungkapannya:

“Jika ayah dan ibumu masih ada, segeralah bertemu dengan mereka. Jika kau jauh dari mereka, paling tidak kau bisa menelponnya. Lalu, minta maaflah kepada ayah dan ibu atas dosa-dosa yang kau lakukan selama ini. Entah dosa yang memang engkau sengaja ataupun yang tidak sengaja. Yang jelas, meminta maaf tak ada ruginya bagi dirimu. Lakukanlah dengan segera, sebelum ajal tiba dan menyapa.”

Perjuangan orangtua membesarkan anak-anaknya sangat besar dan tak mungkin kita mampu membalasnya dengan kebaikan yang sepadan. Kita hanya perlu berbuat baik sebanyak-banyaknya kepada mereka. Seandainya suatu hari orangtua menyuruh hal buruk kepada kita pun, kita harus berusaha menolaknya dengan cara-cara yang santun, lemah lembut, dan tidak membentak mereka.

Sadarkah kita, ayah dan ibu rela melakukan apa pun demi melihat kita bahagia. Mereka rela mati-matian demi melihat kita tersenyum gembira. Rela lembur di pekerjaannya, rela meminjam uang ke sana dan kemari, rela dilecehkan martabatnya, rela melakukan apa pun itu. Tujuannya hanya satu, kita bisa bahagia (halaman 31).

Saya berharap terbitnya buku “Ayah dan Ibu Akan Selalu Ada Untukmu” (Quanta, 2016) ini dapat menjadi bahan merenungi diri, agar kita selalu berusaha menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtua kita.

***    

Sam Edy Yuswanto